Tampilkan postingan dengan label curse you. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label curse you. Tampilkan semua postingan

#Day23 When Alien is Lost...

Posted by orange lover! , 2012/05/30 23.04


Saya merasa sedih karena sepertinya tidak menyelesaikan tantangan #30DayBlogging dengan baik. Kegiatan yang cukup penuh minggu ini dengan panggilan kerja sampai kejadian kesasar di depan stasiun Kota mencari pintu masuk shelter busway cukup bikin stress. Kalau memang ada yang namanya setan nyasar, mungkin saya memang sedang dibuat pusing dengan kelakuannya. Padahal sebenarnya saya merasa cukup familiar dengan daerah Jakarta Pusat. Entah kenapa, saya tiba-tiba terdampar di Kota.

            Hal ini bisa terjadi saat saya ada panggilan kerja di daerah Cideng Barat, Tanah Abang, Senin kemarin. Sehabis interview di sebuah perusahaan otomotif, saya harus kembali ke kantor Ibu yang terletak di jalan Veteran untuk memperpanjang SIM C. Saya naik M10 jurusan Kota – Jembatan Lima dan berniat untuk turun di Harmoni. Namun, apa daya, Harmoni tak tercapai, saya merasa sungguh familiar dengan gedung-gedung tua yang saya lihat saat itu. Benar saja, mata saya terbelalak ketika saya melihat sebuah tulisan besar di depan gedung putih itu, MUSEUM BANK MANDIRI. Sh*t! A pretty girl named Ika, was lost alone. EL – OW – ES – TI. LOST! EI – EL – OW – EN – I. ALONE!

#Day13 Homonoia, Please Be With Us..

Posted by orange lover! , 2012/05/15 17.51

Saya ini hidup di jaman apa sih? Kekerasan, baik fisik maupun verbal, makin saja dilakukan oleh beberapa anggota masyarakat, terjadi di luar sana, di tempat yang jauh jaraknya dengan saya, maupun di sekitar saya. Tidak hanya para pemuda, orang yang lebih tua pun hanya memikirkan masalah gengsi semata. Mereka membela tidak hanya agama, kekuasaan, kelompok maupun perseorangan. Apa nggak ada strategi yang bisa dilakukan untuk mendapatkan hal yang kita inginkan? Orang-orang yang lebih tua tidak menggunakan kedewasaannya untuk memandang suatu hal yang mereka sebut itu suatu masalah, sedangkan yang lebih muda, malah mengikuti ego dan tidak mau mengalah. Bagaimana bisa ketemu jalan keluarnya apabila mereka tidak berusaha mengambil jalan tengah dengan berdiskusi serta menghormati pendapat satu sama lain?

Seperti contoh kasus yang baru saja terjadi, cuma hanya karena merasa ada orang lain yang memandang kita yang katanya dengan sinis, apakah harus marah? Lalu bertengkar, saling bertukar kata-kata sampah serapah, kemudian merasa terhina, dan akhirnya tambah emosi? Lebih baik tidak usah digubris kalau hanya menambah keadaan menjadi nggak karuan. Apa, karena gengsi lagi? Kenapa sih harus diurusin orang yang memandang kita seperti itu, apalagi ketika orang tersebut tidak merasa melakukannya? Itu namanya orang gila. Dia punya mata, dia punya hak untuk melihat, kalau kita tidak tahu mengapa dia melakukan itu, ya sudah biarkan saja. Siapa tahu nanti dia akan bilang sendiri bagaimana perilaku kita sebenarnya. Atau mungkin kita yang belum bisa hidup dari kritikan? Apa mungkin kita yang belum siapa untuk menjadi makhluk sosial? Kenapa orang seperti itu nggak pindah saja ke hutan, buat rumah sendiri dan hidup sendirian tanpa orang lain yang akan mengkritik. Pujian tidak perlu-perlu amat kalau hanya untuk menaikkan gengsi dan merasa hebat dari orang lain, karena cuma bisa bikin perut buncit, nggak sehat, lalu mati.

#Day15 Write Nothing, Feel Something

Posted by orange lover! 17.01

I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you, Dad I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you, Dad I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you I hate you, Dad




Jangan Ditiru

Posted by orange lover! , 2010/09/23 10.18

Sore itu, seperti biasanya, saya mengendarai motor menuju tempat mengajar di sebuah tempat pembelajaran bahasa Inggris di daerah Jati Asih. Keadaan mood yang normal membuat saya agak bersemangat untuk menjalani sisa waktu hari itu. Setelah sampai ditempat yang dituju, saya memasuki ruang kantor tempat guru-guru berkumpul sebelum bekerja. Terdapatlah disana Ibu Manajer dan seorang wanita yang seusianya setengah baya dari saya, saling bercakap-cakap. Wajahnya nampak murung dan kebingungan. Saya yang memang tidak tahu apa-apa sebelumnya dan tidak ingin mencampuri urusan orang lain lebih suka mengambil jarak tempat duduk dan mulai mempelajari buku materi yang akan saya sampaikan nanti dikelas.

Beberapa menit kemudian, saya menoleh kearah mereka karena Ibu Manajer memanggil saya untuk menghampirinya.

Siapa yang Membunuh Saya?

Posted by orange lover! , 2010/07/30 19.41



Saya benci Senin. Saya benci dia karena dia tak pernah memberikan saya waktu luang untuk bernafas panjang dan berleha-leha sejenak. Dia selalu memaksa untuk menerima apa yang telah ia siapkan untuk saya, kemacetan, rasa terburu-buru dan lelah, dead line dan sebagainya. Setelah sampai di kantor, entah mengapa saya ingin pulang kerumah lagi. Lingkar mata menghitam karena tak tidur semalaman, selain mengerjakan artikel yang akan diedit pagi ini, saya juga merasa seseorang memperhatikan saya dikamar. Setiap menit selalu menggangu. Saya rasa itu hanya keinginan terpendam untuk ditemani oleh seseorang. Mungkin saja.

Saya kembali mengembangkan senyuman setelah delapan jam menekukkan wajah dan menunjukkan muka serius di kantor. Alarm pukul lima sore ikut berdering tanda saatnya untuk meninggalkan kantor surat kabar ini. Ya, saya tidak suka bekerja di kantor surat kabar kriminal ini, obsesi saya sebelumnya adalah menjadi seorang kontributor ataupun editor untuk majalah remaja. Pekerjaan ini terlalu berat untuk saya untuk selalu menghadapi berbagai macam hitamnya hidup. Bukannya malah menyadarkan saya untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk, tetapi malah membuat saya semakin takut untuk menghadapi hitam atau putih di dunia. Saya adalah seseorang yang ceria dan suka sesuatu yang berwarna-warni, tak sanggup jika harus menulis berita yang begitu tak masuk akal untuk dibagi kekhalayak. Pembunuhan, pemerkosaan, tawuran, dan perampokan adalah berita yang rajin mengisi hari-hari saya. Saya tidak suka dan benci jika seseorang menghilangkan nyawa atau sebagian yang ada dihidup orang lain. Bedebah!

Menjilat Ludah Sendiri

Posted by orange lover! , 2010/07/20 13.37




Maaf maaf aja nih jikalau cerita ini agak begitu sendu, agak mellow karena kali ini, saya akan bercerita tentang suatu hal yang – sebenarnya sih sudah terjadi berkali - kali, tapi entah mengapa masih ada dorongan untuk melakukannya. Pada saat cerita ini saya tulis, saya masih dirudung rasa kecewa, amarah dan penyesalan yang begitu memuncaknya sampai saya tak tahu harus memuntahkan pada siapa. Ya iyalah, orang kesalahan ini saya yang buat dan saja telah jalani, jadi saya pun harus bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Semoga lain kali saya bisa mengontrol nafsu dan perasaan saya ya, agar kejadian ini tidak akan terjadi lagi.

Well, you may read this carefully karena cerita saya mungkin agak panjang dan berliku – liku, saya takut kalian yang membaca cerita ini tak mengerti dengan apa yang saya lontarkan lewat tulisan ini. Saya sendiri pun tak begitu memahami mengapa ini bisa terjadi dan terjadi diluar kendali saya yang tak memikirkan masak – masak untuk melakukannya. It’s so complicated to understand for me! Ya, iyalah mana ada suatu masalah begitu mudah kita pecahkan seperti membalikkan telapak tangan. Kalau masalah yang saya hadapi sifatnya seperti itu sih, dengan perasaan netral juga saya bisa menerimanya.

Ini masalah hati. I am broken heart. Hihi.. Kayak ABG aja ya, masih aja broken heart. Bukan saya sebenarnya yang merasa seperti ABG, tapi seorang laki – laki yang saya pacari, pikirannya masih ABG. But, fortunately, kita sudah putus hubungan (saya rasa). Hubungan cinta dan perasaan istimewa lainnya. I think he doesn’t know how to keep the relationship well. Dia mungkin nggak tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita yang memang lebih tua darinya. Weiisst.. jangan kaget gitu ah. Yap, kami memang terpaku akan perbedaan umur dan juga jalan pikiran kita. Saya hanya ingin dia berpikir dewasa dalam menghadapi saya. Dia masih berumur 19 tahun, dan saya lahir dua tahun lebih awal darinya (menghindari kata ‘dua tahun lebih tua’ hehehe). Kami memang tak mempermasalahkan perbedaan umur yang ada, dia selalu bilang ini masalah hati, bukan umur, tapi untuk saya, perasaan itu sama saja bohong kalau tidak diekspresikan melalui tindakan. Seperti yang saya baca di sebuah artikel yang berjudul Philosophy of Love, bahwa rasa sayang itu bisa kita lakukan lewat menjaga orang yang kita sayang, peduli dengannya, saling mendengarkan satu sama lain, dan lainnya, sedangkan laki – laki itu? Huuffpp.. Sebenarnya, saya ingin sekali bercerita dengannya dari hati ke hati. Saya selalu ingin mengobrol dengannya tentang apa yang saja yang ia lakukan di hari – harinya karena ia selalu menghadirkan gelak tawa dengan menyisipkan aksen bicaranya yang khas ditelinga saya. Saya rindu itu semua karena kini jarang terjadi dalam hubungan kami. Dia tak berusaha untuk inisiatif mendekati saya atau datang kerumah saya untuk membereskan segala ketidakharmonisan yang ada. Tiba – tiba saat saya lihat statusnya di Facebook, ternyata dia sudah single atau lajang. Padahal sebelumnya adalah
in relationship, with me of course!

Sebenarnya, semua kekosongan dalam hubungan kami ini terjadi berawal dari liburan semester ganjil di kampus (kami dalam satu universitas yang sama). Karena jarak rumah kita yang agak jauh dan menempuh waktu yang tidak sedikit, sebenarnya ini bukan suatu halangan, frekuensi pertemuan kami kian melemah. Saya memaksanya untuk datang kerumah untuk alasan bahwa aku ingin membicarakan dan membahas sesuatu (sebenarnya memang tentang hubungan ini). Tapi seharusnya bukan saya yang berinisiatif untuk menggenapkan semua pikiran dan rasa yang ganjil selama ini. Kami. Saya dan dia. Who knows jika ia masih punya jalan pikiran yang baik, dia pasti akan berpikir dan berusaha untuk tak mengulanginya lagi dan membenahi dan memperbaiki semua kerusakan yang ada. Namun nyatanya, nihil. Dia malah asik dengan dunia barunya. Dunia maya.

Sebelum saya memutuskan hubungan, pada saat terakhir kali kami bertemu, saya sudah memperhatikan gerak-geriknya yang mencurigakan karena tak biasanya dia begitu dingin, kaku dan bicara seadanya. Seperti disulap, dia tiba-tiba berubah. Setelah itu, kami benar – benar kehilangan komunikasi sama sekali, dan akhirnya saya men-single kan diri. Entahlah selama ini saya mempunyai hubungan dengan jenis manusia seperti apa. Entah laki-laki atau perempuan. *sigh*
Inilah yang saya sebut menelan ludah sendiri, sebelumnya, dalam blog ini juga, saya pernah menulis kisah saya yang berjudul ‘BROWNIES (Berondong Najis!)’, disitu saya mengisahkan betapa saya tak ingin lagi berhubungan dengan kaum berondong yaitu cowok – cowok yang usianya lebih muda dari saya dan kini, saya telah jatuh kedalam lubang hitam yang sama untuk yang ke sekian kalinya. Stupid me! Sudahlah, saya ingin melupakan semua kesedihan yang menumpuk dalam dada. Inilah saatnya melanjutkan semua kehidupan yang telah terpasang rapi didepan mata. Kebahagian itu pasti ada.

Semoga dia mengerti dengan apa yang saya rasakan selama ini, walaupun saya juga benar – benar kurang tahu apa yang ia pikirkan dan ia rasa. Saya sudah menghabiskan berkotak – kotak kesabaran dalam diri saya untuk menunggu keajaiban terjadi untuk kami, namun sayangnya sabar – sabar itu telah habis. Semoga Tuhan mengisi kotak – kotak itu lagi untuk lain orang yang lebih baik. Let’s see, soon you’ll fall under my spell!



*No Thanks to Dewantara
*Thanks to Sel_Klabu untuk Philosophy of Love