termewek - mewek.

Posted by orange lover! , 2008/12/15 20.29

TERMEWEK – MEWEK!


Dikhianati sang kekasih adalah salah satu penyebab seorang wanita menjadi stress, terpukul, menangis, yang lebih ekstrim lagi, bunuh diri. Seram. Untungnya sampai saat ini saya tak terlalu sering di buat menangis karena dikhianati cinta. Hahaa..Lebay abis! Tapi, seorang cewek bernama Ikke yang tinggal didekat rumah saya adalah salah satunya korban dari kejamnya cinta.
Saat itu, lima menit setelah adzan maghrib berkumandang, saya disuruh Ibu untuk mencuci piring. Lagi asyik – asyiknya mencuci piring sambil bersenandung kecil lagu nya Seringai tiba – tiba adik saya Hary, memberitahukan bahwa tetangga saya itu datang kerumah.
“ Mbak, ada temennya tuh! Mbak ikke!”
“ Duh, ngapain sih? Bilang aja gue lagi mandi atau masih tidur gitu!”
“ Tapi dia nangis!”
Hah? Nangis! Wah, udah nggak bisa ngomong apa – apa lagi nih! Kenapa lagi tuh cewek, maghrib gini kerumah orang mau numpang nangis. Saya mencuci tangan lalu menghampirinya yang sedang terisak – isak di depan rumah saya. Saya memeluknya.
“ Elo kenapa, cung?”
Hikss..hikss..
“ Ngomong dong!”
Dia masih menangis.
Saya masih berusaha menenangkan nya.
“ Yudha, Ka..!”
“ Siapa tuh?”
“ Mantan gue.”
“ Emang elo pernah cerita, cing?”
“ Please, jangan bercanda deh. Gue sakit hati banget nih!”
Saya membelai – belai rambutnya dan berusaha menenangkannya. Bergumam, ‘ duh, Ke, gue lupa. Yudha itu siapa!’
“ Gue kira selama ini, itu cowok baik sama gue. Ternyata... Buaya..!”
Saya masih mendengarkan ceritanya. ‘ Oh Yudha itu cowok!’. Saya melepaskan pelukan dan menepuk – nepuk pundaknya. “ Sabar, Ke!”
“ Gue kaget banget pas tadi gue telpon dia trus dia bilang kalau dia lagi jalan di Bekasi Square sama mantannya yang pernah berantem sama gue. Padahal semalam Yudha tuh ngajak gue balikan lagi!” ujar nya panjang lebar.
Saya mengangguk – angguk. Geleng – geleng. Angguk – geleng – angguk – geleng.
“ Gue harus gimana, Ka?”
“ Lupain ajah. Udah tau kan dia brengsek! Hapus aja nomer handphonenya di hape lo!”
Dia terdiam.
Kenapa? Apakah gue salah memberikan masukan? Gue selalu mengingat pesan teman baik gue untuk melupakan orang yang pernah sakitin hati kita. Apakah dia sedang berpikir sesuatu bagaimana caranya untuk membunuh pria tersebut?
Tiba – tiba terdengar suara motor yang lewat di ujung gang rumah gue. Lalu berhenti. Tampak seorang cowok yang memakai helm turun lalu bertanya kepada kami. Saya tak bisa melihat mukanya dengan jelas. Gelap. “ Eh, cewek! Tau jalan mau ke Cileungsi nggak?”
Gue dan Ikke salain tatap. Cowok yang aneh.
“ Elo nggak salah nanya?” tanya saya padanya sambil memicingkan mata ingin melihat siapa gerangan mereka. “ Jauh kali, kalau mau ke Cileungsi. Butuh dua hari dua malam.” Lanjut saya.
Cowok itu cekikikan. Ikke masih terisak. Matanya bengkak. Kita kembali pada cerita pedih dan perihnya Ikke.
“ Apa gue harus ketemu sama mantannya itu, ya? Gue tahu kok, Ka, rumahnya! Elo anterin gue, ya!”
Gue tersentak. ‘Anterin gue?’ malam- malam gini. Males ah. Saya belum mandi, cuci piring belum selesai, rambut masih acak – acakkan.
“ Duh, gimana ya?”
“ Please...!! Gue harus tahu apakah tuh cewek balikan lagi apa nggak sama Yudha. Kalau mereka memang pacaran lagi, Fine, gue nggak bakalan ganggu mereka.” Mohon perempuan berambut pendek itu.
“ Eh, cewek, boleh kenalan nggak?” Tiba – tiba cowok yang nggak jelas datang dari planet antah berantah itu kembali bersuara. Dan pertanyaan nya itu....GUBBRRAAKKK!! Nggak jelas banget. Maghrib buta gini ngajakin cewek kenalan. Meledaklah lagi Bom Bali ke empat.
“ Itu siapa sih, cing? Temen lo? Apa Yudha?” tanya gue.
“ Nggak tau!” jawabnya pendek. “Heh, elo sini dong kalau mau kenalan sama cewek. Nggak gentleman banget sih?” tantang Ikke dalam keadaan masih terisak – isak.
Cowok itu berusaha untuk mendekati kami. Tapi langkahnya maju mundur. Tapi akhirnya ia kalah sebelum berperang. Nggak jadi kenalan. Rugi tuh cowok nggak jadi kenalan sama saya. Hehehe..
Ikke kembali menjadi – jadi. Perasaannya masih labil. Naik turun. Turun naik. Kadang nangis nya reda eh tiba – tiba deras lagi. Seperti hujan, ya! Lalu saya kembali memeluknya. Kasihan banget sih, perempuan yang penuh akan dosa ini. Kisah percintaannya begitu tragis dan memilukan. Saya sungguh tersentuh.
Cowok yang nggak jelas itu ternyata masih berada di ujung gang rumah saya. Entah sedang mengintip atau menunggu seseorang. Saat mereka melihat kami yang sedang berpelukan ria, mereka langsung berujar, “ Lesbian, ya!”
Arrgghhh.... Kampret bener!! Apa sih maunya pria itu?? Sungguh tak bertanggung jawab dan tak berperikemanusiaan. Dasar Makhluk Planet! Saya melepaskan pelukan lagi. Takut nanti malah dikira homo kan gawat. Jangan sampai terjadi.
“ Ka, please, anterin gue ke rumah cewek itu! Deket kok!”
“ Wah, cing, cucian piring gue belum kelar!” saya berusaha mencari alasan.
Sebenarnya saya bukanlah seorang wanita antagonis yang terbesit di pikiran kalian. Tapi kalau mau dibilang males banget ya males. Gue paling nggak mau ikut campur dalam urusan kehidupan percintaan orang lain. Ribet banget. Apalagi harus terjun langsung ke medan tragedi suatu permasalahan. Beeeehh.... Puyeng cing! Parah parah parah.
“ Nanti gue yang ganti nyuciin deh!” ujarnya.
“ Elo nggak ngeliat apa tadi motor gue abis di cuciin sama adik gue. Kan kasihan kalau harus mencucinya lagi sampai dua kali gitu. Dia itu masih anak- anak yang sedang tumbuh menjadi remaja. Apakau tidak peduli akan masa depannya?” alasan saya tambah aneh.
“ Nanti gue cuciin deh!” jawabnya lagi
“ Gue juga belum sikat kamar mandi, Ke! Gimana dong? Apa lo juga mau bersihin juga? Hayo?”
Dia diam.
Kenapa diam?
“ Elo mau nggak sih nemenin gue?” tanya dia terisak – isak.
Sebenarnya saya takut dia akan menangis darah disini. Saya takut dia akan menggelapar – gelepar di depan rumah saya lalu orang – orang sekampung akan datang kesini dan meramaikan suasana disini. Lalu saya memutuskan untuk berkata,
“ Nggak deh cing lain kali aja!”
“ Lo kasihan apa sama gue?”
Saya menggaruk kepala saya yang tidak gatal ini. Perempuan belia itu memeluk saya.
Terdengar kejauhan suara pria yang tadi ingin berkenalan itu.
“ Itu lesbi ya?”
Saya kaget mendengar hal itu. ‘ anjritt tuh orang ngatain gue lesbi’. Asal kalian tahu saja, sebelumnya saya pernah dicilang homo sama tukang ojek. Dan setelah itu entah mengapa gue benci banget sama tukang ojek. Mulutnya kayak tetangga dan ibu – ibu gossip di perumahan. Pedes banget.
Balik lagi ke persoalan tangis mengangis tadi.
Ikke yang masih terisak – isak itu tak tau lagi harus berkata apa maupun berbuat sesuatu. Kami memilih untuk diam tanpa kata. Hehhe.. D’ masiv banget ya. Huueekkk...!!
Saya suruh dia pulang agar mereningi nasibnya. Menyuruhnya untuk melupakan semuanya. Shalat dan berdoa pada yang kuasa agar dia mendapat hidayah dari sang Maha Kuasa. Memang terdengar sadis, tapi hanya itu yang bisa saya lakukan. Terima kasih.

oh.... orang itu..!!

Posted by orange lover! 20.25

ORANG TERSEBUT DI SIANG GERSANG

Dia panik saat mulai melangkah
Akan terus berjalan tapi kehilangan nyawa
Terus berdoa agar terlindungi yang Maha Esa
Tak indah terkirim dari fatamorgana
Terasa miris dan perih saat malam belum nyata
Hanya termenung menunggu pesan dari Firdaus sana
Merangkak mencari kutub diantara siang terik
Dia girang saat langit mulai kelam
Awan – awan berkumpul menyatukan udara
Mendongak, menengadah dan berdoa
Agar titik air mendinginkan kepala
Angin bertiup keras meniupkan rambutnya
Yang berdesir bersama air dari langit
Akhirnya, ia tersenyum sengit
Bersiap melangkah dan tak takut akan suasana
Berpikir kontras dengan lain manusia
Kuyup merekat daripada panas tersengat