Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan

Tanah dan Hujan #Day5

Posted by orange lover! , 2013/01/07 15.23



Aku adalah air yang terbendung di pori-pori awan. Saat aku dijatuhkan nanti, aku pinta angin membawaku hingga jatuh menetes kewajahmu sebagai penyejuk kemarau panjang yang engkau rasakan kini. Jangan cemas, petir tidak akan menakutimu. Aku tidak takut dengan petir. Aku bersahabat dengannya. Malah, aku yang memintanya untuk tidak membuatmu jauh kepadaku. Kamu juga jangan takut kepadaku. Seharusnya kamu senang akan kedatanganku yang sudah lama kamu nantikan. 

Aku akan melembabkan kulitmu yang mengering. Pasti sakit rasanya menantikan diriku. Pasti tersiksa rasanya kamu merindukan kedatanganku. Maaf jika aku pergi terlalu lama. Maaf jika aku datang tanpa sepengetahuanmu yang terkadang awan-awan saja membohongimu akan ada atau tidaknya aku untukmu. Aku hanya ingin menjaga diriku agar tidak terlalu mendekapmu dan bersamamu terus menerus. Apalagi jika tidak ada yang menahanku. Jujur saja, aku juga ingin merasakanmu dan memasuki lapisan terdalam pada dirimu. Tapi sepertinya aku harus berpikir sekali lagi. Coba saja kau bayangkan. Tunggu. Kamu rasakan saja. Biar mereka yang menapaki, bertumpu padamu seharusnya membayangkan dan berbuat sesuatu untuk kita. Mereka harus mengerti bagaimana mengatur tempat pertemuan kita walaupun aku datang padamu tanpa henti. Aku tak ingin menggenangimu dan membuatmu sesak karena menopang aku yang meluap.

Aku Rindu #Day2

Posted by orange lover! , 2013/01/02 14.09



            Ada kamu di suara letupan kembang api semalam. Ada kamu di sinar warna-warninya hinggap langit malam terang benderang. Ada kamu dalam sorak-sorai menyambut. Ada tawa genitmu dalam tawa gembira bocah-bocah kecil yang dibolehkan terjaga hingga larut malam. Aku rindu.

 Kita telah menjalani semua suka dan duka selama 5 tahun. Aku lihat kembang api yang sama. Aku dengar suara yang sama. Pun aku mencintai laki-laki yang sama. Hingga kini, rasa yang sama juga meletup-letup di dada. Aku tak memperdulikan tahun yang telah berganti. Rasa rindu ini selalu menghampiri di setiap detik waktu berjalan.

Dua tahun lalu aku tak memperdulikan suara kembang api atau petasan manapun. Bibirmu pun tak mengembang. Bibirmu dan matamu tertutup. Wajahmu yang tenang namun pucat tetap menenangkan.  Tapi kutahu jika telingamu mendengarku yang selalu berdoa di sampingmu. Mengharapkan dirimu menyambut tahun baru bersamaku dan mencium bibirku ketika jarum jam lurus ke angka 12.

“Mama.. Mama..” malaikat kecil yang tengah berdiri di sampingku sambil menarik-narik ujung kaosku, memanggil. Aku tersenyum seraya memberi kode mempersilahkannya untuk melanjutkan apa yang ingin ia katakan. “Papa sekarang ada dimana ya? Lud kangen Papa..”

Aku menunjuk ke arah kembang api hijau yang tengah mekar di langit. Sambil mengelus rambutnya. “Papa lagi bahagia di tempat yang indah sayang.”
Dear, Martin. Selamat tahun baru di surga ya.

#Day10 Perempuan Di Balik Jendela

Posted by orange lover! , 2012/05/10 23.54



Sudah dua jam saya berada di balkon lantai dua rumah dengan keadaan ruang yang gelap sambil duduk ditemani sekaleng bir yang sudah tak lagi dingin. Menunggu seseorang. Dia tidak datang menghampiri. Namun muncul. Selama dua bulan saya mengamatinya dari sini, namun dia tidak kunjung menampakkan diri. Walaupun saya keluar rumah untuk bekerja di pagi hari dan pulang kerumah pada sore hari, ataupun mencuci mobil di hari minggu sambil melongok ke tempat dia berada, namun ia tidak kunjung tampak. Saya penasaran karena belum melihat dengan seksama sosoknya dengan jelas. Hanya bayangan. Namun bukan setan. Saya yakin dia manusia. Perempuan.


Monalisa

Posted by orange lover! , 2010/12/18 15.07



Namanya Lisa. Lengkapnya Monalisa. Kulitnya putih dan mulus, hidungnya mancung serta rambutnya panjang lurus terurai seperti yang saya lihat di iklan shampoo di televisi dan seperti gambar wanita yang ada di lukisan Leonardo Da Vinci, namun Lisa lebih modern dengan gaya poni kesamping. Usianya 25 tahun. Dia belum menikah dan belum pernah pacaran. Bukannya tidak laku dan tidak disukai oleh para lelaki, hmm.. jangan salah, banyak pria di tempat kami bekerja memuja dan mengidam-idamkannya. Tapi entahlah dia mengatakan pada saya bahwa ia tidak ingin pacaran. Suatu kali, dengan rasa penasaran level tinggi, saya pun iseng bertanya padanya saat jam makan siang. “Serius, Lis, kamu belum pernah pacaran? Kenapa? Saya baru pertama kali ketemu orang kayak kamu loh!” Dia tidak menjawab. Hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya dan melanjutkan melahap makan siangnya.
Sudah dua tahun ini saya dekat dengannya. Saya senang berteman dengannya karena ternyata dia adalah seorang teman yang sungguh perhatian dan penyayang. Entah mengapa, saya merasa bahwa dia adalah kakak saya, bukan teman. Memang, usia kami terpaut empat tahun, makanya saya senang dia bisa menjadi teman maupun kakak yang selama ini saya idamkan. Pernah suatu waktu ketika saya putus dengan Kiky, sekitar lima bulan yang lalu. Tak pikir panjang, saya langsung pergi ke rumah Lisa dan mencurahkan segala perasaan disana sambil terisak menyesali segala keputusan yang telah terjadi antara saya dan Kiky. Dengan baik hati, Lisa membuatkan saya secangkir teh dan sebuah tatapan yang hangat pula. Saya seperti mempunyai kakak sendiri. Ya, memang saya adalah anak pertama jadi tidak ada kakak yang bisa menyayangi adiknya dan kini kutemukan Lisa. Lalu, hujan turun ketika malam itu saya membagi semua keluh kesah. Malam berkedap-kedip karena kilatan sambar. Saya masih menangis di bahu Lisa dan ia membelai – belai rambutku. “Sudahlah, kalau sudah tahu laki – laki nggak punya perasaan dan mau menang sendiri, mereka belum pernah merasakan menjadi perempuan. Sudahlah, untuk apa masih ditangisin lagi sih?” Dia berkata seperti itu kepadaku. Nasihatnya selalu terdengar sinis dengan laki-laki. Mungkin itulah cara agar saya tidak tenggelam menangisi kepergian laki-laki itu. Lisa sungguh hebat dalam mendapatkan segala cara untuk menenangkan dan menasihati saya.

Siapa yang Membunuh Saya?

Posted by orange lover! , 2010/07/30 19.41



Saya benci Senin. Saya benci dia karena dia tak pernah memberikan saya waktu luang untuk bernafas panjang dan berleha-leha sejenak. Dia selalu memaksa untuk menerima apa yang telah ia siapkan untuk saya, kemacetan, rasa terburu-buru dan lelah, dead line dan sebagainya. Setelah sampai di kantor, entah mengapa saya ingin pulang kerumah lagi. Lingkar mata menghitam karena tak tidur semalaman, selain mengerjakan artikel yang akan diedit pagi ini, saya juga merasa seseorang memperhatikan saya dikamar. Setiap menit selalu menggangu. Saya rasa itu hanya keinginan terpendam untuk ditemani oleh seseorang. Mungkin saja.

Saya kembali mengembangkan senyuman setelah delapan jam menekukkan wajah dan menunjukkan muka serius di kantor. Alarm pukul lima sore ikut berdering tanda saatnya untuk meninggalkan kantor surat kabar ini. Ya, saya tidak suka bekerja di kantor surat kabar kriminal ini, obsesi saya sebelumnya adalah menjadi seorang kontributor ataupun editor untuk majalah remaja. Pekerjaan ini terlalu berat untuk saya untuk selalu menghadapi berbagai macam hitamnya hidup. Bukannya malah menyadarkan saya untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk, tetapi malah membuat saya semakin takut untuk menghadapi hitam atau putih di dunia. Saya adalah seseorang yang ceria dan suka sesuatu yang berwarna-warni, tak sanggup jika harus menulis berita yang begitu tak masuk akal untuk dibagi kekhalayak. Pembunuhan, pemerkosaan, tawuran, dan perampokan adalah berita yang rajin mengisi hari-hari saya. Saya tidak suka dan benci jika seseorang menghilangkan nyawa atau sebagian yang ada dihidup orang lain. Bedebah!

See You, Kenza!

Posted by orange lover! 19.41


Seru deru mobil mengiringi kebisuan kami. Tak ada sepatah kata pun yang kami keluarkan hanya untuk membuat derai tawa. Entah apa yang kami pikirkan. Saya memilih untuk membuang pandangan keluar jendela mobil. Walaupun malam dan gelap tetapi saya merasa terhibur dengan lampu – lampu jalan yang walau setitik tetap terlihat indah. Besta dan Kenza yang tengah duduk tenang di bangku depan, asyik dengan dirinya sendiri. Besta mendengarkan musik dari ponselnya dan Kenza berkonsentrasi menyetir. Sekarang pukul 8 dan tak ada petunjuk kami akan kemana. Ya, saya tidak tahu akan dibawa Kenza kemana, tiba-tiba ia menjemput saya di rumah lalu mengajak saya naik ke mobilnya, kemudian membawa saya pergi. Dia pun tidak bilang jikalau dia mau menculik saya atau tidak. Setelah itu, Besta pun ia angkut pula. Berulang kali saya bertanya kemanakah kita akan pergi, dia hanya menjawab, nanti kamu juga akan tahu. Ya, nanti. Setelah saya mati penasaran.