An Absurd Day #Day6

Posted by orange lover! , 2013/01/07 15.29



Minggu, 06 Januari 2013

Well, this is an absurd day. Seperti biasa, semenjak ada dua dokter di klinik dimana gue kerja, sekarang gue harus masuk kerja di hari Minggu. Senin, luckily, gue libur. Untungnya, suasana klinik cukup lengang di hari Minggu. Otomatis jam pulang gue bisa dimajuin lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Biasanya sih pukul 2 sudah pulang. Suasana jalan  pulang di hari Minggu siang tambah menggembirakan. 

            Tapi sih tadi tumben keluar klinik sudah mulai sekitar pukul setengah empat. Salah satu teman kerja, sebut saja Maul belum menyelesaikan tugasnya, dan gue asyik menjawab trivia buat diposting di blog untuk hari keempat. Hehehe.. Tapi, yang bikin lama juga sih sebenarnya ada pasien baru yang bikin ribet bukan kepalang. Sebelumnya, dia datang langsung bersama temannya ke klinik untuk membuat janji dengan si dokter. Pertamanya sih, gue pikir beliau orang Arab; dilihat dari font di iPhonenya yang bertuliskan huruf Arab, saat memberikan gue nomor teleponnya. Wajahnya pun tipikal, berhidung mancung, matanya kecil, namun kulitnya lebih terang. Saat menepati janjinya tadi siang, beliau membawa serta sang istri dan seorang anaknya yang masih kecil. Dilihat dari form kesehatannya, ternyata beliau berasal dari Libya.Sayangnya Bapak tersebut berbahasa Inggris kurang lancar. Lain halnya dengan si istri walaupun masih kental dengan aksen Timur Tengah, namun bahasa Inggrisnya terbilang lancar. Jika dilihat dari situasi ini, bisa dipastikan di ruang pemeriksaan nanti akan ada transit bahasa, Inggris – Arab Libya – Inggris lalu kembali ke Arab Libya dan seterusnya. Terbukti, ruangan menjadi hening sesaat mereka melakukan percakapan ketika bertanya ke si suami bagaimana kondisi punggung dan area bermasalah lainnya saat itu. Gue dan dokter pun saling pandang. We totally didn’t understand what they were talking about. Ditambah lagi si anak yang jalan mengelilingi ruang dokter yang hanya berukuran sekitar 3 x 3 meter, menangis karena tidak mengizinkan Babanya (panggilan dalam bahasa Arab) diperiksa oleh si dokter, dan juga berulang kali terjatuh karena masih belajar menyeimbangkan badan saat berjalan, sungguh meramaikan suasana. Perkiraan gue benar. Setelah pemeriksaan selesai pun si dokter bilang ke gue, “This is so abstract, Ika.” Gue merasa pusing.


            Setelah terlepas dan melarikan diri dari ‘Libya’ dan saatnya pulang, gue dan Maul berencana untuk ke Pondok Indah Mall untuk membeli sesuatu. Barang yang diincar sudah didapat, lalu berkeliling mall tanpa tujuan dan membelah lautan manusia yang menikmati hari libur terakhir tahun baru, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Saat itu pukul setengah 5. Si Maul berencana untuk naik Kopaja. Sebelumnya gue juga mau naik Kopaja jurusan Pondok Indah-Blok M, namun gue urungkan karena lebih memilih untuk naik busway. Sebelumnya, gue mengira akan lebih cepat untuk sampai ke Blok M, lalu lanjut naik bis jurusan Bekasi, tapi, tak disangka, nasib berkata lain. Dari koridor busway Pondok Indah untuk menuju Blok M, gue harus transit terlebih dahulu ke Harmoni. Oh My Ji Ow Di! Gue baru mengetahuinya ketika menyerahkan tiket ke petugas dan bertanya bagaimana untuk sampai ke koridor Blok M. Gue pasrah ketika mengetahui jawabannya. Oke. Gue masih sempat untuk berpikir positif kalau jarak dari Pondok Indah ke Harmoni tidak begitu jauh. Gue merasa sangat sok tahu pada saat itu sedangkan gue sendiri belum pernah melalui jalur tersebut sebelumnya. Gue masih tenang saat bus melalui Permata Hijau karena gue masih kenal daerah tersebut. Namun, jantung gue mulai berdebar-debar ketika gue melihat tulisan di koridor busway, KEDOYA! Gue makin kaget lagi ketika ada tulisan Daan Mogot, lalu koridor busway Indosiar. Asumsi gue adalah bus yang gue tumpangi telah melewati daerah Jakarta barat. Saat perasaan kembali tenang, ada niat untuk turun di koridor Grogol 1 lalu naik bis jurusan Grogol – Bekasi. Setelah mengamati lingkungan sekitar dari dalam bis, kendaraan pulang yang gue dambakan tidak ada yang lewat. Gue nggak menuruti apa kata hati gue. Malah, gue akan terus melaju sampai Harmoni karena seenggaknya gue kenal sama wilayah tersebut.
Koridor PIM

            Dari informasi kondektur busway, dari Harmoni, kita bisa menuju Blok M – Kota, Kalideres, dan juga PGC. Daripada putar balik dan belum tahu tahun berapa gue akan sampai Bekasi apabila gue menjalankan niat tujuan pertama kali naik busway, akhirnya gue memutuskan untuk ikut busway jurusan PGC, lalu turun di UKI, sambung lagi bis ke Bekasi. Gue lagi waras. Jangan sampai gue sampai rumah, dan nyokap bakalan kaget karena tiba-tiba punya cucu gara-gara gue kelamaan di jalan. Ewh!

            Saat di bis, gue memutuskan untuk telepon si Pacar. Gue harus menjelaskan apa yang terjadi kepada dirinya. Ya, seenggaknya dia tahu kalau gue masih di planet Bumi. Saat mengangkat telepon dia pun langsung bertanya, “ Kamu dimana?” Gue pun menjawab kalo gue ada di Pasar Jatinegara. Dia terdengar nggak ngeh kalo gue masih di busway dengan membalas, “Kamu ngapain di situ?” Tanpa basa basi, gue pun langsung menjelaskan semua yang telah terjadi kepada gue yang salah dalam memilih kendaraan dan rute. Gue jadi nggak enak bikin dirinya merasa khawatir *kibas rambut*.

            Sesampai di UKI, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul setengah tujuh. Langit mulai gelap dan angin dingin pengantar hujan mulai terasa. Gue mulai resah saat itu ketika bis yang gue tunggu belum juga muncul. Sekitar lima belas menit menunggu, bis jurusan Bekasi Timur pun tiba. Walaupun agak penuh, seenggaknya gue bisa terangkut dan menginjakkan kaki di Bekasi. 

            Thanks, God! Akhirnya gue sampai di rumah dengan selamat sentosa. Badan terasa agak gemetar gara-gara kelaparan. Nggak menyangka ternyata sampai rumah pukul setengah 8. Gue main sangat jauh hari ini. Di luar ekspektasi. Seketika gue merasa pusing. Lagi. Mungkin lanjutan dari apa yang dirasa tadi sore menghadapi si pasien yang ribet. Istirahat sebentar, makan malam, dan lanjut menulis buat #30HariBlogging part 2 bikin gue merasa lebih baik.

            So guys, if you have any experience like me above, what you have to do first is just relax. Tarik nafas… Buang nafas. Lihat sekitar, dan jangan sampai terlihat gugup, resah, maupun ketakutan. Hal tersebut bisa saja ngerugiin elo. Disamping elo nggak bisa berkonsentrasi untuk menentukan pilihan untuk berbuat apa, bisa juga memberikan kesempatan untuk orang yang tidak dikenal dan ingin berbuat jahat kepada elo. Karena pada saat elo pasrah kepada keadaan, elo bakal mengiyakan apabila dia mengajak elo untuk ikut ajakannya. Kalo bener mau ngebantu, kalo enggak gimana? Bisa pula telepon kerabat maupun anggota keluarga untuk bertanya arah ataupun kendaraan mana yang seharusnya dipilih.

            Tanyakan saja sama orang yang memang seharusnya dapat memberikan informasi kepada elo saat itu juga, bisa supir, kondektur, maupun polisi, apabila sudah terlanjur turun dari kendaraan yang salah ditumpangi. Pepatah ‘Malu bertanya sesat di jalan’ itu benar adanya. So, Selamat Nyasar!*dikemplang*

0 Response to "An Absurd Day #Day6"