Menjilat Ludah Sendiri

Posted by orange lover! , 2010/07/20 13.37




Maaf maaf aja nih jikalau cerita ini agak begitu sendu, agak mellow karena kali ini, saya akan bercerita tentang suatu hal yang – sebenarnya sih sudah terjadi berkali - kali, tapi entah mengapa masih ada dorongan untuk melakukannya. Pada saat cerita ini saya tulis, saya masih dirudung rasa kecewa, amarah dan penyesalan yang begitu memuncaknya sampai saya tak tahu harus memuntahkan pada siapa. Ya iyalah, orang kesalahan ini saya yang buat dan saja telah jalani, jadi saya pun harus bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Semoga lain kali saya bisa mengontrol nafsu dan perasaan saya ya, agar kejadian ini tidak akan terjadi lagi.

Well, you may read this carefully karena cerita saya mungkin agak panjang dan berliku – liku, saya takut kalian yang membaca cerita ini tak mengerti dengan apa yang saya lontarkan lewat tulisan ini. Saya sendiri pun tak begitu memahami mengapa ini bisa terjadi dan terjadi diluar kendali saya yang tak memikirkan masak – masak untuk melakukannya. It’s so complicated to understand for me! Ya, iyalah mana ada suatu masalah begitu mudah kita pecahkan seperti membalikkan telapak tangan. Kalau masalah yang saya hadapi sifatnya seperti itu sih, dengan perasaan netral juga saya bisa menerimanya.

Ini masalah hati. I am broken heart. Hihi.. Kayak ABG aja ya, masih aja broken heart. Bukan saya sebenarnya yang merasa seperti ABG, tapi seorang laki – laki yang saya pacari, pikirannya masih ABG. But, fortunately, kita sudah putus hubungan (saya rasa). Hubungan cinta dan perasaan istimewa lainnya. I think he doesn’t know how to keep the relationship well. Dia mungkin nggak tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita yang memang lebih tua darinya. Weiisst.. jangan kaget gitu ah. Yap, kami memang terpaku akan perbedaan umur dan juga jalan pikiran kita. Saya hanya ingin dia berpikir dewasa dalam menghadapi saya. Dia masih berumur 19 tahun, dan saya lahir dua tahun lebih awal darinya (menghindari kata ‘dua tahun lebih tua’ hehehe). Kami memang tak mempermasalahkan perbedaan umur yang ada, dia selalu bilang ini masalah hati, bukan umur, tapi untuk saya, perasaan itu sama saja bohong kalau tidak diekspresikan melalui tindakan. Seperti yang saya baca di sebuah artikel yang berjudul Philosophy of Love, bahwa rasa sayang itu bisa kita lakukan lewat menjaga orang yang kita sayang, peduli dengannya, saling mendengarkan satu sama lain, dan lainnya, sedangkan laki – laki itu? Huuffpp.. Sebenarnya, saya ingin sekali bercerita dengannya dari hati ke hati. Saya selalu ingin mengobrol dengannya tentang apa yang saja yang ia lakukan di hari – harinya karena ia selalu menghadirkan gelak tawa dengan menyisipkan aksen bicaranya yang khas ditelinga saya. Saya rindu itu semua karena kini jarang terjadi dalam hubungan kami. Dia tak berusaha untuk inisiatif mendekati saya atau datang kerumah saya untuk membereskan segala ketidakharmonisan yang ada. Tiba – tiba saat saya lihat statusnya di Facebook, ternyata dia sudah single atau lajang. Padahal sebelumnya adalah
in relationship, with me of course!

Sebenarnya, semua kekosongan dalam hubungan kami ini terjadi berawal dari liburan semester ganjil di kampus (kami dalam satu universitas yang sama). Karena jarak rumah kita yang agak jauh dan menempuh waktu yang tidak sedikit, sebenarnya ini bukan suatu halangan, frekuensi pertemuan kami kian melemah. Saya memaksanya untuk datang kerumah untuk alasan bahwa aku ingin membicarakan dan membahas sesuatu (sebenarnya memang tentang hubungan ini). Tapi seharusnya bukan saya yang berinisiatif untuk menggenapkan semua pikiran dan rasa yang ganjil selama ini. Kami. Saya dan dia. Who knows jika ia masih punya jalan pikiran yang baik, dia pasti akan berpikir dan berusaha untuk tak mengulanginya lagi dan membenahi dan memperbaiki semua kerusakan yang ada. Namun nyatanya, nihil. Dia malah asik dengan dunia barunya. Dunia maya.

Sebelum saya memutuskan hubungan, pada saat terakhir kali kami bertemu, saya sudah memperhatikan gerak-geriknya yang mencurigakan karena tak biasanya dia begitu dingin, kaku dan bicara seadanya. Seperti disulap, dia tiba-tiba berubah. Setelah itu, kami benar – benar kehilangan komunikasi sama sekali, dan akhirnya saya men-single kan diri. Entahlah selama ini saya mempunyai hubungan dengan jenis manusia seperti apa. Entah laki-laki atau perempuan. *sigh*
Inilah yang saya sebut menelan ludah sendiri, sebelumnya, dalam blog ini juga, saya pernah menulis kisah saya yang berjudul ‘BROWNIES (Berondong Najis!)’, disitu saya mengisahkan betapa saya tak ingin lagi berhubungan dengan kaum berondong yaitu cowok – cowok yang usianya lebih muda dari saya dan kini, saya telah jatuh kedalam lubang hitam yang sama untuk yang ke sekian kalinya. Stupid me! Sudahlah, saya ingin melupakan semua kesedihan yang menumpuk dalam dada. Inilah saatnya melanjutkan semua kehidupan yang telah terpasang rapi didepan mata. Kebahagian itu pasti ada.

Semoga dia mengerti dengan apa yang saya rasakan selama ini, walaupun saya juga benar – benar kurang tahu apa yang ia pikirkan dan ia rasa. Saya sudah menghabiskan berkotak – kotak kesabaran dalam diri saya untuk menunggu keajaiban terjadi untuk kami, namun sayangnya sabar – sabar itu telah habis. Semoga Tuhan mengisi kotak – kotak itu lagi untuk lain orang yang lebih baik. Let’s see, soon you’ll fall under my spell!



*No Thanks to Dewantara
*Thanks to Sel_Klabu untuk Philosophy of Love

2 Response to "Menjilat Ludah Sendiri"

Dessy Aster Says:

Wah so sad, yup you right life must go on. kebahagiaan itu pasti ada, seperti yg lo bilang.

like this, tidak lebay seperti kebanyakan mereka yg brokenhearted.

(Sel_Kelabu)

orange lover! Says:

yap, saya sepertinya bukn ABG lagi. sudah bisa menyikapi broken heart. "baru aku tahu... sakit itu appaaaa..." (sok bernyanyi) lol