Surat Untuk Sang Pembuat Cerita
Posted by orange lover! , 2010/07/07 14.54
Salam kagum selalu untuk saling berbagi kisah, Pembuat Cerita.
Hai, Pembuat Cerita! Apa kabarmu? Masih indahkah alam imajinasimu dan segala rangkaian kata-kata tajammu yang selalu sampai kedalam sanubari dalam membuat cerita? Aku ingin seperti dirimu wahai Sang Pembuat Cerita. Aku menanti inspirasi yang nyata yang bisa aku kenang walaupun hanya sebuah cerita. Tapi, yang menjadi permasalahannya sekarang ini adalah inspirasi dan objek ceritaku tak ingin membagi kisahnya kepadaku. Sebenarnya, aku tak ingin orang lain yang menjadi peran utama dalam segala kisah yang aku dapat bagi kepada sesama manusia yang bisa membaca dan juga mengerti apa maksudku. Aku hanya ingin Aku dan Pria Itu. Memang, ini mungkin terdengar berlebihan untukmu, Sang Pembuat Cerita. Tapi memang itulah, dia tidak ingin berbagi. Dia tidak ingin bercerita, padahal aku yakin, bercerita itu sangat mengasyikkan. Ceritanya sangat aku inginkan. Walaupun banyak bualan dan omong kosong dalam sebuah cerita, aku hanya ingin dia bercerita. Jika memang dia seseorang yang tak ada maksud untuk berbohong, aku ingin dia bercerita yang sejujurnya tanpa ada rasa untuk melebihkan atau mengurangi.
Sang Pembuat Cerita, buatlah dia agar tak punya rahasia. Bukankah dalam bercerita, apa yang engkau pikirkan dan rasakan bisa kau sampaikan dengan lugas dan jelas tanpa ada sedikitpun kata atau pikiran untuk menyembunyikan? Itulah mengapa aku senang untuk bercerita. Inginku, dia bercerita tentang apapun, kekuranganku, kelebihanku, apa yang ada dipikirannya tentang diriku, apa yang ia sembunyikan, dan apa yang ia rasakan.
Sang Pembuat Cerita, bisakah kau membuat dirinya untuk membuat cerita? Aku akan menerimanya walaupun hanya sehari saja untuk mendengarkan ataupun membaca cerita darinya. Pasti rasanya akan sangat menyenangkan jika aku membuat cerita tentang dirinya, walaupun dia tidak menceritakan sesuatu, tapi ku bisa membuat cerita, seperti sekarang ini.
Sang Pembuat Cerita, bagaimana caranya agar dia mau bercerita? Apakah saya harus mengancamnya dengan belati agar dia mau bercerita? Apakah saya harus mewujudkan apa yang ia inginkan agar dia mau membagi ceritanya? Apakah saya harus mengikatnya agar dia tidak menghilang? Aku takut, jika cerita darinya menghilang, dia akan kabur juga. Betapa anehnya dia, ketika banyak orang yang ingin sekali membuat cerita, tapi ia malah diam, tersenyum, menatap, tapi tak berkata apa-apa diiringi wajah seperti menyembunyikan sebuah cerita. Kau tahu, Sang Pembuat Cerita, rasanya aku ingin sekali menjerat lehernya dengan seutas tali ketika dia menunjukkan ekspresi itu, lalu berteriak, ‘Ceritakan aku sebuah cerita, Sayang! Cerita yang kau sembunyikan dariku!’.
Maaf, jika aku terlalu berlebihan dalam menanggapi ini, Sang Pembuat Cerita. Tapi aku memang tak sanggup untuk bermain petak umpet dengan cerita yang ia sembunyikan dibalik baju keegoisannya. Lihat saja, Sang Pembuat Cerita, setelah aku dapatkan cara darimu agar ia dapat bercerita, cerita itu akan kuletakkan di tanganku, dan kulempar kedalam tungku pembakaran masa lalu.
Sekianlah surat dariku, Sang Pembuat Cerita. Terima kasih.
*Ditunjukkan kepada Rahasia.
Terkadang kau begitu tak bersahabat*