#Day10 Perempuan Di Balik Jendela
Posted by orange lover! , 2012/05/10 23.54
Sudah dua jam
saya berada di balkon lantai dua rumah dengan keadaan ruang yang gelap sambil duduk
ditemani sekaleng bir yang sudah tak lagi dingin. Menunggu seseorang. Dia tidak
datang menghampiri. Namun muncul. Selama dua bulan saya mengamatinya dari sini,
namun dia tidak kunjung menampakkan diri. Walaupun saya keluar rumah untuk
bekerja di pagi hari dan pulang kerumah pada sore hari, ataupun mencuci mobil
di hari minggu sambil melongok ke tempat dia berada, namun ia tidak kunjung
tampak. Saya penasaran karena belum melihat dengan seksama sosoknya dengan
jelas. Hanya bayangan. Namun bukan setan. Saya yakin dia manusia. Perempuan.
Saya orang baru
di lingkungan komplek perumahan kelas menengah ke atas ini. Karena naiknya
jabatan saya sebagai seorang manager di sebuah perusahaan asing ,beberapa
fasilitas mewah yang dulu tidak pernah saya impikan, kini telah ada ditangan.
Memang, dulu saya hanyalah seorang pekerja buruh biasa yang memiliki seorang
bapak tak berpenghasilan apa-apa dan Ibu yang tidak tahan dengan kehidupan yang
tidak ada kemajuan, akhirnya pergi, hingga sekarang rimbanya tak ditemukan. Kini
sudah 5 tahun berlalu, entah dia masih bernapas atau telah dipanggil Tuhan.
Terlepas dari itu semua, kerja keras yang saya lakukan, kini telah menemui
hasil yang memuaskan.
Waktu menunjukkan
pukul 11. Saya mulai bosan dan kesal karena tak menangkap bayangnya kali ini di
balik jendela yang selalu terkatup, bertirai putih dengan bingkai ukiran warna gading. Namun, ketika beranjak dari kursi malas yang
saya duduki, sambil merekatkan jaket yang saya kenakan dan menuju kamar tidur, saya melihatnya dengan bentuk siluet dari
jendela kamar lantai dua sebuah rumah tepat di depan kediaman saya. Dia muncul.
Dari bayangannya, saya mengamati dengan teliti sosoknya. Rambutnya lurus
panjang sepunggung dan lekuk tubuhnya cukup membuat saya meninggi. Sayang
sekali dia hanyalah bayangan. Saya tidak tahu bagaimana parasnya ataupun
memperkirakan berapa usianya.
Tingkat penasaran
saya semakin tinggi ketika dia terlihat tengah mengenakan baju. Hmm.. Mungkin
tadi dia tidak mengenakan pakaian apapun. Badan saya mulai terasa panas.
Tunggu, apa yang telah dia lakukan? Apakah ada laki-laki di ruang dengan lampu
yang sinarnya tidak terlalu terang itu? Jalan pikiran saya mulai tidak teratur.
Saya masih
berdiri di belakang tembok pembatas balkon. Udara yang dingin di tengah malam
ini tidak saya hiraukan karena yang saya perhatikan hanyalah sosok tersebut.
Saya kaget bukan kepalang ketika dugaan saya benar. Bayangan laki-laki bertubuh
gempal menghampiri perempuan tersebut dari sisi kiri jendela dan berusaha untuk mendekatkan kepalanya
dengan wajah si perempuan. Saya melihat bayangan perempuan itu menghindar
ketika laki-laki tersebut hampir mengenai wajahnya dan menunjuk-nunjuk ke arah
wajah si siluet lebar itu. Saya mendengar pula samar-samar suara perempuan
berteriak seperti tengah memaki. Beberapa menit kemudian, tubuh perempuan
tersebut seperti mengartikan bahwa seseorang telah menampar wajahnya.
Sepertinya mulai besok, saya tidak perlu merasa penasaran dengan sosok
perempuan di balik jendela itu. Untuk apa saya mencampuri urusan orang lain,
bahkan menyaksikan dengan tenang dua orang yang tengah bertengkar hebat. Saya
merasa kasihan dengan perempuan tersebut. Apakah salahnya begitu fatal hingga
dia diperlakukan kasar? Laki-laki macam apa itu? Hei, tunggu. Kenapa saya jadi
iba? Untuk apa saya berusaha menelusuri masalah mereka, toh saya buka
siapa-siapa.
Saya mundur
seketika dan membenamkan diri dalam gelapnya balkon rumah dengan lampunya
sengaja saya matikan agar tidak ada orang yang tahu jikalau saya memperhatikan
rumah di depan saya itu, ketika pintu di samping jendela rumah tersebut dibuka.
Ada seorang laki-laki bermuka penuh amarah, dan benar saja, dia bertubuh gemuk,
tengah memakai kaos hitam, menarik seorang perempuan yang sesuai dengan dengan
perkiraan saya, dan saya tahu usianya sekitar 45 tahunan, dengan paksa.
Perempuan tersebut berusaha melepaskan diri dari cengkeraman itu sambil
mendorong tubuh laki-laki itu. Ketika melihat raut wajah perempuan yang
terlihat masih muda itu, seketika saya ingin memanggilnya karena saya mengenal
dengan pasti siapa dia, namun lidah terasa kelu.
Laki-laki
tersebut mendorong tubuh perempuan yang saya kenal itu hingga ia tersudut di
tembok pembatas balkon. Saat dorongan terakhir, tubuh perempuan itu terhempas
dan…
“IBU…!!!”
ik
100512
23:33
Oh noooooo!! Hiks hiks! Tragis.