Masa
liburan sekolah berdampak baik juga pada saya, yang sampai saat ini masih
menjadi tenaga pengajar, yaitu bisa merasakan juga free day from having learning-teaching activities. Mumpung masih
bisa liburan, karena akhir bulan sudah berganti profesi, marilah berjalan-jalan
menikmati waktu yang tengah senggang-senggangnya. Tempat yang dituju pada
Minggu (8/7) kemarin, yaitu Kota Tua, JakartaKota, di Jakarta Barat. Saya lebih
suka pergi di hari Minggu karena jalan, dan transportasi umum cukup lengang
tanpa sesak. Terbukti, kereta yang saya tumpangi kemarin, tidak begitu padat
oleh penumpang. Berkunjung ke tempat
tersebut sebenarnya tidak hanya untuk mengisi liburan semata, di samping si
pacar yang belum pernah menginjakkan kaki ke tempat bersejarah tersebut *eh,
ini rahasia loh! :D*, saya dapat berkeliling sekitar Kota Tua, dan mengambil
gambar bangunan-bangunan tua. Rencana pertama yang saya buat dengan si pacar sih
sebenarnya ingin datang dan melihat pameran LevitasiHore dalam rangka Jakarta
Art Festival yang diadakan dari tanggal 6 – 8 Juli 2012, namun ternyata ketika
sampai di booth tersebut, kami hanya
melihat-lihat kurang lebih sepuluh menit. Walaupun hanya sebentar, atau bisa
dibilang sekilas, saya cukup senang berada di sana, dengan niat dari Bekasi ke
Kota, untuk melihat Pameran LevitasiHore. Memang, hasil jepretan saya tidak
dipajang di sana, namun saya berbangga hati juga mengenal komunitas tersebut, serta
pernah ikut berpartisipasi mengunggah hasil karya saya yang sedang berlevitasi
di situsnya. Sedih juga sih, belum pernah ikut Photowalk yang diadakan
komunitas tersebut, waktu yang selalu menghimpit menjadi alasan.
Sebelum postingan ini, saya telah menceritakan
bahwa saya pergi ke taman Rekreasi Wiladatika di Cibubur Minggu kemarin untuk
menghabiskan waktu bersama pacar menikmati tempat yang lain selain bioskop.
Setelah melemparkan pandangan ke segala penjuru taman, tiba-tiba saya pun
mengajak pacar untuk berlevitasi. Sudah lama rasanya tidak mengambil gambar
dengan konsep anti gravitasi tersebut. Untungnya, pacar pun mengiyakan. Sambil
menikmati taman, kami mengambil gambar di spot yang kami rasa cocok untuk
levitasi. Mungkin kami terlihat aneh untuk orang-orang, terutama saya yang
lompat-lompatan. I don’t care. Di
saat banyak orang pacaran pula di sudut-sudut taman, saya dan pacar malah asik
levitasi. Pacaran di pojok itu is so mainstream, you know… *halah
Pertama melompat, memang
badan sudah agak kaku dan saya berusaha untuk melemaskannya kembali. Hmm..
sudah berapa lama ya, saya tidak berlevitasi. Dulu, saat saya baru mengenal
levitasi, rasanya ingin dipotret setiap hari. Ekstasi. Mumpung disediakan waktu
dan tempat, oleh Rahadian, dengan kamera Xperia Mini Pro SK17i dan dengan mode
sport, here are the pictures :
*Brightness and Contrast are
added on Photoscape
Posted by
orange lover!
13.49
Minggu
24 Juni 2012 kemarin, akhirnya saya bisa menghabiskan hari di luar rumah maupun
lepas dari penat kerja. Maklum, dengan aktifitas yang cukup padat dari Senin
hingga Sabtu, hampir mustahil untuk menikmati waktu yang senggang untuk bertamasya.
Kalo nggak mengganti waktu tidur yang terampas, ya paling mengobrol dengan
keluarga maupun pacar di rumah. Walaupun merupakan suatu rencana yang mendadak
dan hanya memiliki waktu 3 – 4 jam, saya mengajak pacar pergi ke Taman Rekreasi
Wiladatika di Cibubur. Tepatnya di seberang Cibubur Junction. Disana, saya
menikmati suasana taman yang jarang ditemui di kota besar seperti Jakarta
maupun Bekasi dimana saya tinggal. Ya, walaupun harus membayar untuk masuk ke
sebuah taman yang tidak terlalu banyak pohon hanya rerumputan yang cukup luas,
namun saya mensuyukuri bisa menghabiskan waktu di sana. Bukannya pelit karena
harus mengeluarkan uang, namun seharusnya taman disediakan untuk masyarakat
secara cuma-cuma, tidak hanya memperindah kota, namun juga dapat menjadi tempat
berkumpul dengan udara segar tanpa adanya polusi maupun pendingin udara. Namun,
saya mensyukuri masih ada Taman di Jakarta. Maklum, saya belum melihat tempat
yang benar-benar bisa disebut taman di Bekasi dan Taman Wiladatika adalah
tempat yang masih bisa dijangkau dari Pondok Gede, Bekasi.
Senang rasanya bisa jalan berkeliling di taman
tersebut. Sebuah air mancur yang terlihat saat memasuki gerbang taman, cukup
menggugah perasaan yang tadinya agak galau jadi segar. Anak-anak kecil yang
berlari-lari kecil kegirangan sambil bermain bola, sekumpulan orang yang
bersenda gurau sambil menikmati pemandangan sekitar menambah rasa untuk
mengembangkan senyum lebih lebar lagi.. Tak lupa juga ada remaja-remaja yang
berfoto di depan air mancur, maupun di kebun bunga. Tuh kan, we can do anything in the park. Kota
besar ini terlalu banyak taman belanja (red- mall) yang tidak bisa memberikan
keceriaan seperti ini. Wishing the city
where I live have a nice park.
Some say that waiting is a boring
thing. I didn't know how I say about that phrase last Thursday morning. I was
waiting for my mom in a canteen in her office when I saw a beautiful morning
scene. One thing that made me so patient to wait for her was the view. From
that vacant room, there is a big window, so I could see Monumen Nasional
through it. Yap, Mom's office is across from that monument, so people can see
clearly the peak. It's a usual thing for me. What I see every day in front of
my house is just a high building like a hotel. I hate that. Finally, to make
sure that I’ll not forget this nice scene, after a minute starring at that
monument, I decided to capture that scene. Ah, what if this scene can be moved
into in front of my room…
Dengan berat hati saya mengaku kalah dalam tantangan #30DayBlogging ini. Aku sedih sekali. Ini sudah pukul 11 malam dan besok saya harus bangun pukul 4 pagi karena adanya keperluan. Namun, hutan tulisan belum lunas juga. Phiufff... Writing is really a misery. Jika kamu bilang menulis itu mudah, mungkin kalian harus berpikir ribuan kali jika harus berkata seperti itu. Membiasakan diri untuk melakukannya yang sulit.
Menulis itu seperti terjun dari tebing yang tinggi untuk menuju ke sebuah sungai dengan air yang dingin ketika hari mencapai suhu tertinggi. Kita menginginkan untuk terjun ke sungai tersebut, namun takut untuk mencobanya. Setidaknya, saya sudah mencobanya walaupun akhirnya tersangkut di sebuah ranting di dinding tebing.
Maafkan saya kawan. Apabila nanti ada kesempatan untuk mengikuti tantangan ini lagi. Tantangan ini membuat saya menenmukan bahwa menuliskan itu benar-benar menyenangkan. Apapun yang ingin saya tulis dan saya sampaikan, saya harus belajar bagaimana saya menyusun kata-kata tersebut dengan baik. I got something new from this. Thank you for you Deasy yang mencetuskan tantangan #30DaysBlogging ini. Thank you for Mariya, Mulki, Lina, Mujib dan Farah yang ikut serta saling membagi semua tulisannya sebulan ini. I was inspired.
*hug hug*
Posted by
orange lover!
23.19
Aku ingat, saat itu langit terlihat
kuning di mata. Udara pengap karena efek panasnya sinar matahari saat pagi
menjelang siang. Tapi aku tidak peduli, walaupun seberapa pengapnya udara yang
terasa pada lapisan kulit, aku merasa sejuk. Ya, ada kamu disampingku. Kita berbaring
sambil mendengarkan alunan musik ala Hindustan seperti sebuah terapi yang menenangkan.
Monoton sekali semua yang di hadapan kita. Tapi jangan lupa, disini aku
menyimpan sebuah rasa yang selalu dinamis dan seperti air yang mengalir dan
berhilir kehatimu. Ada semua rasa yang menggumpal dan bersiap untuk aku cairkan
dan kualirkan bersama air untuk menuju ke arah perasaanmu.
Aku tak sabar untuk berdiam saja. Percuma saja jika
ada kesempatan untuk bertemu denganmu namun tidak menumpahkan segala rindu yang
selama ini menunggu didepan pintu dan menghambur keluar dan tertangkap di
pelukanmu. Aku pandangi kamu walaupun ketika kutangkap sorot matamu, aku selalu
malu-malu.
Posted by
orange lover!
23.04
Saya merasa
sedih karena sepertinya tidak menyelesaikan tantangan #30DayBlogging dengan
baik. Kegiatan yang cukup penuh minggu ini dengan panggilan kerja sampai
kejadian kesasar di depan stasiun Kota mencari pintu masuk shelter busway cukup
bikin stress. Kalau memang ada yang namanya setan nyasar, mungkin saya memang
sedang dibuat pusing dengan kelakuannya. Padahal sebenarnya saya merasa cukup
familiar dengan daerah Jakarta Pusat. Entah kenapa, saya tiba-tiba terdampar di
Kota.
Hal
ini bisa terjadi saat saya ada panggilan kerja di daerah Cideng Barat, Tanah
Abang, Senin kemarin. Sehabis interview di sebuah perusahaan otomotif, saya
harus kembali ke kantor Ibu yang terletak di jalan Veteran untuk memperpanjang
SIM C. Saya naik M10 jurusan Kota – Jembatan Lima dan berniat untuk turun di
Harmoni. Namun, apa daya, Harmoni tak tercapai, saya merasa sungguh familiar
dengan gedung-gedung tua yang saya lihat saat itu. Benar saja, mata saya
terbelalak ketika saya melihat sebuah tulisan besar di depan gedung putih itu,
MUSEUM BANK MANDIRI. Sh*t! A pretty girl
named Ika, was lost alone. EL – OW – ES – TI. LOST! EI – EL – OW – EN – I. ALONE!
Posted by
orange lover!
22.19
Banyak orang yang bilang dari
tanggal 17 – 20 Mei kemarin merupakan akhir pekan yang panjang. Saya sih juga
bilang. Tapi saya nggak begitu menikmatinya. Yak. Jumat masih harus mengajar di
tempat les dimana saya bekerja. Merasa iri juga sih, ketika nyokap yang pegawai
negeri bisa bersantai di rumah 4 hari penuh sedangkan saya harus pergi
mengajar. No problemo. Demi ranjang baru.
Ngomong-ngomong soal ranjang
baru, saya suka agak takut dengan ranjang lama saya ini. Terbuat dari kayu,
namun entah mengapa tidak terlihat kokoh berdiri. Mungkin sudah lebih dari 5 tahunan dia berada di kamar
saya. Ada beberapa tambalan di kaki nya karena sempat roboh sewaktu sepupu
kecil saya yang berumur sekitar 3 tahun bermain di atasnya berlagak seperti
Power Rangers dan Satria Baja Hitam. Alhasil, ambruk. *face palm* Ya, mungkin
kayunya yang kurang bagus. Dan setelah beberapa minggu kemudian harus
diperbaiki kembali setelah ambruk lagi saat saya hendak tidur. Padahal kan
badan saya nggak berat-berat banget. Mungkin guling lebih berat dari badan
saya. Oke, yang terakhir itu bohong.
Sangat disayangkan ketika
membayangkan harus berpisah dengan ranjang yang selama bertahun-tahun bersama.
Dia tidak pernah mengeluh kalau setiap hari saya tiduri, ataupun ketika saya
tinggal sendiri jika harus keluar kota berhari-hari. Namun sepertinya dia tidak
tahan dengan semua ini dan ambruk. Ehem. Begitulah.
Tingginya kualitas suatu barang memang nggak
bisa dibohongi. Semakin tinggi harga furniture
, makin tinggi pula kualitasnya sehingga tukang kayu pun mencari jalan
alternatif dengan membuat furniture dari kayu dengan kualitas yang rendah untuk
mencukupi modal agar dapat merendahkan harga sehingga diminati masyarakat.
Terlebih lagi kayu dengan kualitas bagus sulit dicari dan mahal. Seperti, Jati.
Saya bisa ambil contoh, lemari baju Ayah di
kamar belakang masih saja berdiri kokoh tidak termakan rayap. Padahal, umur nya
saja sudah tidak muda lagi. Lemari tersebut dibeli ketika orang tua saya ingin
menikah, yah sekitar tahun 1988. Walaupun terlihat agak horror dengan cat
hitamnya, namun masih berfungsi dengan baik. Lalu saya membandingkannya dengan
ranjang saya ini. *puk puk ranjang*
Bagaimanapun kualitas ranjang saya nanti,
dengan merawat dan membersihkannya dari debu akan menjaganya agar bertahan
sampai lama. Kalau suatu barang dengan kualitas bagus juga tidak dijaga dengan
baik, ya pasti akan sia-sia saja.
A: Saya tunggu kamu di Taman Kejora
di bawah lampu jalan ketiga setelah rimbunan belukar pertama saat matahari
terbenam dan langit menampakkan gradasi nila dan ungu. Seperti pintaku saat
terakhir kali jika kita akan sekali lagi bertukar rindu.
B: Bagaimana jika tak kutemukan
langit seperti apa yang kau gambarkan tadi?
A: Aku sudah pesan kepada Tuhan
semalam. Niscaya, kita akan bertemu.
B: Mungkin sekitar pukul enam
limabelas.
A: Aku tidak tahu. Disini tidak ada
waktu.
B: Maaf aku lupa. Sudah ingatkan
Tuhan lagi? Aku sudah menunggu selama lima tahun.
A: Ya. Dia akan mengabulkannya
nanti. Sepertinya baru kemarin aku meminta.
B: Syukurlah. Ah, dia selalu
menjawab semua pintamu. Aku iri.
A: Untuk apa kamu iri dengan orang
mati? Andai saja aku tidak begini, mungkin aku akan memelukmu setiap hari.
B: Salahmu sendiri kenapa cepat
sekali pergi.
A: Hahaha… Iya, aku memang merasa
ngantuk saat itu. Kebetulan, ada truk melaju dengan kecepatan penuh. Aku
tersentak dengan lampu jauh dan tersadar aku sudah berada di tempat yang gelap.
Panas. Sendirian. Ah, sudahlah. Hayo, bangun. Nikmati hari ini. Kamu tidak
pantas untuk bersedih. Kamu terlalu cantik. Ingat pesanku yah, saat langit
bergradasi nila dan ungu.
Posted by
orange lover!
18.42
Satu
waktu, seorang teman perempuan menghampiri saya yang tengah bersiap-siap untuk
pulang selesai mengajar. Sebut saja namanya Anggrek. Dia juga salah satu
pengajar di tempat yang sama dengan saya. “Rangga (nama samaran) tadi kasih gue
ini.” ujarnya tengah berbisik, lalu mengeluarkan sebatang coklat Ratu Perak dengan
kacang almond. Respon saya waktu itu adalah, “Bagi dong.” Dia cemberut. Saya
pun memarkirkan motor lagi dan duduk bersamanya di bangku depan teras gedung.
Saya memulai pembicaraan lagi, “Oke, terus kenapa kalau dia kasih elo coklat?”
Dia
terlihat agak gemas dengan sikap saya dan menghempaskan nafasnya sebelum
kembali berbicara, “Don’t you ever know
what chocolate means when a boy gives it to the girl?” lalu saya kembali
bertanya padanya, “What Rangga means for
you? How can it be so special?”. Dia berpikir sejenak sambil memperhatikan
coklat di genggamannya. “Yap. Gue suka sama dia”, akunya. Saya terkekeh. Snap! So typical. Saya menggaruk kepala
yang sebenarnya tidak terlalu gatal. Bingung harus membalas apa yang tadi dia
telah ungkapkan. Akhirnya saya pun bertanya padanya apakah si prince charming nya sudah mengatakan
bahwa dia telah mengatakan sejujurnya tentang perasaanya. Anggrek menggeleng.
“Mungkin nanti. Mungkin saja dia belum siap”, jawabnya sedikit pasrah dan
terdengar malah menghibur diri sendiri.
Dia
terlihat sedih saat itu. Saya mengusap-usap pundaknya dan mencoba membicarakan
topik selain coklat. Untungnya dia tidak lagi terbawa suasana sehingga senyum di
wajahnya kembali mengembang. Saya pun memberikan masukan untuknya agar tidak
terlalu memikirkan Rangga, “Udahlah, jeng, kalau dia suka sama elo, pas kasih
coklat ini, dia pasti akan bilang, ‘O’
Anggrek! I love you so much. Would you be my mother of my children?’ Gitu.”
Saya ditoyor. Biarlah, seenggaknya saya masih bisa menghiburnya walaupun
keraguan masih menggelayut di wajahnya. Tiba-tiba, seorang teman laki-laki kami
yang juga mengajar di tempat yang masih sama datang sambil senyum-senyum sok
ganteng. Anggrek memasukkan coklatnya ke kantong bajunya.
“Anggrek,
elo dikasih coklat nggak sama Rangga? Nih gue dikasih dua, sekalian buat adik
gue satu. Sok banget deh tuh orang yang baru dapet komisi pemasaran.” Dheg!
Saya rasa perkataan Andi tadi terasa seperti membuka jalan ke jurang untuk si
Anggrek. Yap, mungkin perempuan itu sebentar lagi akan terjun. Saya menoleh ke
kanan memperhatikan ekspresi wajahnya. Ternyata memerah. Marah.
Posted by
orange lover!
18.39
Perempuan
mana yang tidak suka berbelanja pakaian? Perempuan mana yang tahan dengan baju
model unik yang terpajang di etalase toko ketika mereka sedang window shopping? Bisa saja yang tadinya
ke mall tidak berencana untuk berbelanja, akhirnya mengingkari janji, dan yang
tidak membeli di hari itu, bisa pula akan merasa menyesal ketika sesampainya di
rumah karena tidak membeli, lalu datang kembali untuk membeli baju tersebut di
kemudian hari. Agak kusut ya. Ya, begitulah perempuan. Selera bajunya juga
terkadang tidak dapat tertebak. Model-model bajunya kadang bikin pusing kepala.
Ada saja setiap bulan model baru berdatangan bikin isi dompet tak cukup untuk
makan.
Sebenarnya,
saya nggak begitu memperhitungkan masalah model baju. kalo saya suka, saya
beli. Kalo tidak perlu dan tidak cocok, untuk apa dibeli. Sebelum saya membeli
baju, pertama saya akan menanyakan ke diri sendiri, “Hmm.. Baju ini pantesnya
dipake buat kemana ya?” Jikalau tidak ada jawaban yang sesuai, ya tinggalkan
saja. Ya daripada nantinya tidak akan terpakai. Pernah, saat ke Bali tahun
2009, di daerah Seminyak, saya membeli dress
hitam dengan corak bunga Kamboja, dengan tali spaghetti dan kerutan di bagian
dada. Sayangnya, sampai sekarang, saya belum memakainya karena belum ke pantai
lagi. Aku sedih.
|
kerah pinokio |
Sempat
mendengar adanya blouse atau pun dress
dengan kerah pinokio. Bentuknya tidak kokoh seperti kerah kemeja pada umumnya,
namun membulat. Lalu, melalui Twitter, saya pun melihat model baju tersebut dari
gambar yang diposting Fitri Tropica (@fitrop). Hmm.. Lucu juga. Vintage. Saat
menyempatkan diri ke ITC Cempaka Mas minggu lalu, saya menemukan model baju
seperti yang lihat. Sayangnya, bahan baju tidak sesuai dengan selera. Kerah
pinokionya sih sudah seperti keinginan saya, namun brokat putih yang menjadi
bahan baju tersebut bikin saya ilfil.
Walaupun ada puring yang sesuai dengan warna luarannya, namun tetap saja malah
membuat saya berpikir kalau baju tersebut harusnya saya pakai saat menghadiri
pesta pernikahan. Ya, jadi ingat kebaya. Entahlah kalau itu yang jadi model
baju jaman sekarang. Saya harus berpikir dua kali untuk mengenakannya.
Setelah
beberapa menit mengelilingi pusat perdagangan itu, akhirnya saya menemukan satu
blouse yang menggugah selera. Walaupun bukan
dengan kerah pinokio seperti yang saya cari, saya menyukai layer putih
di bagian dada nya tersebut. Sepertinya, blouse ini cocok untuk suasana yang
semi fomal maupun non formal.
Dalam
memilih baju, apalagi perempuan, sepertinya harga nggak begitu menjadi
persoalan. Kenyamanan menjadi hal yang penting. Untuk apa punya baju
mahal-mahal kalau si pemakai nggak bisa memadu-padankannya dan nggak percaya
diri dengan apa yang dipakainya. FYI, baju yang saya beli kemarin, dengan bahan
katun linen harganya masih di bawah
lima puluh ribu loh. Yang penting orangnya bagus (red- cakep), pake baju apa
saja pasti terlihat bagus. Okesip.
Happy
hunting, gals!
Siapa diantara kalian yang tidak
suka dengan langit? Siapa diantara manusia yang tidak pernah mengamati langit
ataupun menikmati keindahannya? Jika kalian menganggap langit hanyalah langit,
mungkin kalian salah. Di sana lah insprasi terbentang. Awannya yang menyerupai gula kapas, begitu
manis dipandang. Bagi saya, langit merupakan salah satu hiburan yang selalu
tersedia di atas kepala. Tanpa perlu membayar, birunya langit dan awan yang
menyerupai berbagai bentuk, saya dapat selalu menikmatinya.
Tapi ada satu moment dimana langit
begitu membuat saya terpesona. Ya, saat langit biru menjadi nila. Namun, hanya sesekali saja menghampiri. Warna gradasi
antara nila dan ungu saat berganti malam dapat menghentikan langkah saya dan
mengamati langit sambil mendongakkan kepala walau sebentar saja. Apalagi saat
langit itu berada di depan saya, walapun terasa sangat jauh hingga berjuta-juta
kilometer namun saya ingin mengejar dan menangkap keindahannya. Coba saja
kalian hentikan sejenak rasa terburu-buru saat pulang kerja ataupun aktifitas
lainnya di senja hari. Lihatlah ke langit. Jika, langit memberikanmu langit
dengan nila yang berkilau, nikmatilah sejenak.