Anak Kecil pun Jatuh Cinta
Posted by orange lover! , 2010/09/23 09.36
Saat itu hujan turun dengan lebat dan sebuah ceritapun tercipta diantara seorang wanita cantik (Yunika) dan seorang anak perempuan berumur 10 tahun (
Saya menyuruhnya lekas mengerjakan soal – soal tersebut karena biasanya ia paling malas untuk mengerjakan soal namun entah mengapa sore itu ia tampak begitu manis dan ceria. Tawanya yang lepas dan matanya yang berbinar memancarkan aura kebahagiaan. Entah mengapa hari ini ia nampak bersemangat sekali dan terkadang senyum – senyum sendiri, lamunannya tak kosong dan sudah terisi dengan sesuatu yang membuat senyumnya mengembang. Dapat nilai baguskah di sekolah har ini? Apakah mamanya membelikan mainan untuknya? Saya tidak mengerti apa yang ia pikirkan.
Ia mengambil spidol dan bergegas mengisi soal. Lancar. Hmm.. sepertinya pikirannya tengah bersih. Wajahnya bersinar sore ini tak seperti langit yang kala itu mulai berwarna abu-abu monyet. Sebentar lagi akan turun hujan sepertinya. Tapi disini, diruangan yang sejuk dengan pendingin ruangan bersuhu 19 derajat, saya merasa hangat dengan senyumnya. Saya perhatikan ia yang tengah menulis di papan tulis sambil bersenandung pelan. Beberapa menit kemudian, ia menghentikan pekerjaannya yang belum sempurna, dan berbalik duduk didepan saya. “Kak ika, tahu nggak?”
Saya menggeleng.
“Kakak masih ingat sama Farhan?”
Saya memutar otak. Berpikir sejenak dan mengingat siapa Farhan yang ia maksud. Tapi siapa ya? Saya sedikit lupa dengan sosok si Farhan ini. Lagipula pernah atau tidak saya bertemu dengannya, saya lupa akan wajahnya.
Dia tidak peduli apakah saya ingat atau tidak dengan si Farhan yang ia maksud. Ia melanjutkan ceritanya dan tak lupa menyunggingkan senyum kecil di bibirnya. “Kak Ika, aku tuh suka sama Farhan.”
Serius. Saya masih belum mengingat siapa dia. Namun dari pernyataan sebe,umnya, nampaknya ia ingin bercerita tentang Farhan. Saya yakin itulah yang membuat ia nampak sumringah sore ini. Dia menggambarkan sebuah hati di papan tulis. Saya menghela napas. Berlebihan sekali kau, Nak. Dengan tatapan bahwa saya sedang menunggunya menyelesaikan soal, ia malah asyik dengan gambarnya. Lalu ia membuka mulut lagi, “Kak, tadi disekolah, aku bilang ke Farhan, kalau aku suka dia. Aku suka kalau dia lagi senyum.”
Saya terbatuk-batuk mendengar perkataanya tadi dan membelalakkan mata dengan apa yang saya dengar tadi. Apa?! Dia mengutarakan perasaannya ? Ebuset! Berani amat!
“Kok kakak diam aja sih? Kakak dengerin cerita aku nggak sih?”
Dengan jelas saya mendengarkan setiap detail kata-katamu, dik! Oleh karena itu, saking kagetnya, saya nggak bisa berkata apa-apa. Entahlah saya harus berkomentar apa, menasihati untuk tidak main pacar-pacaran di usia yang belum waktunya, atau menyuruh kamu untuk meneruskan perjuangan kamu untuk menarik perhatian dan mendapatkan Farhanmu itu. Saya tersenyum dan geleng-geleng kepala. Dasar anak zaman sekarang! Kamu kebanyakan nonton sinetron, ya, dik?
Saya pun hanya ingin bertanya satu hal padanya, “Terus, si Farhannya jawab apa?”
Dia terdiam sebentar memikirkan jawabannya, “Dia senyum aja. Ganteng banget deh!”
Whaatt??!! Hadeehh.. rasanya mau mengais- ngais tanah dan menguburkan diri setelah mendengar jawabannya tadi. Saya pun ikut Farhan, yaitu senyum kecil untuk menanggapi ceritanya tadi. Inilah pertama kalinya, saya mendengar cerita seperti ini. Ternyata anak kecilpun bisa jatuh cinta. Menurut saya normal sih, tapi tindakan si Nina tadi nampaknya terasa begitu ekstrim bagi saya. Mungkin, jika saya menjadi dia, saya lebih baik diam dan jatuh cinta diam-diam. Tapi permasalahan dan usia kami berbeda, saya yang lahir terlebih dahulu pasti masih bisa menahan emosi dan perasaan, tidak seperti anak kecil yang dengan gaya polosnya melontarkan apa yang ia rasakan.