ENGLISH FOR CHILDREN
Posted by orange lover! , 2009/03/21 12.53
Di zaman globalisasi ini, bahasa inggris mulai berkembang untuk semua kalangan usia. Dari anak yang baru bisa bicara sampai orang yang mau menghadapi alam kubur. Heeehhe.. ekstrim banget ya. Apalagi orang – orang dewasa yang produktif juga harus fasih dan mengerti akan bahasa Inggris. Sekolah pun sekarang udah dwi bahasa, dari play group sampai SMA. Semuanya mengajarkan bahasa Inggris. Tak lengkap jika pelajaran yang satu ini dihindari. Lembaga kursus bahasa inggris pun bermunculan bagai jamur di musim hujan. Semuanya menyediakan fasilitas bahasa inggris dan jaminan – jaminan yang menggiurkan. Dari yang 4 bulan langsung fasih berbahasa inggris, saya juga nggak tahu bagaimana cara mengajarnya sampai bisa kayak gitu, sampai jaminan uang kembali jika anaknya tak ada perkembangan dalam bahasa inggris sama sekali.
Maka, saya memutuskan untuk mengambil jurusan sastra inggris di perguruan tinggi. Semoga bisa menghadapi globalisasi yang pesat dengan mengerti bahasa selain bahasa Indonesia. Beda juga sih katanya antara sastra inggris dan bahasa inggris. Ya, whatever lah. Yang penting saya bisa berbicara dengan fasih bahasa inggris dan ada kata inggris nya lah. Hehehe. Saya juga memberanikan diri untuk mengajar di salah satu lembaga bahasa inggris yang masih berada di daerah Bekasi. Lumayanlah buat tambah – tambahin pengalaman dan bayar kuliah. Siapa tahu saya bisa ke Inggris. Di tempat saya mengajar ini, saya harus mengajar anak kelas 1 – 6. Mereka berusaha untuk belajar bahasa Inggris yang baik dan benar. Dengan sabar dan ketebalan iman, saya mengajar mereka agar mereka bisa menjadi juara kelas di sekolahnya. Amin.
On the other hand, entah mengapa adik saya yang paling kecil, 7 tahun, tidak mau belajar bahasa Inggris dengan lebih intensif di lembaga kursus. Ya paling enggak kan mengerti apa itu bahasa Inggris sekaligus mempercantik nilai bahasa inggrisnya. Dari pada main melulu. Padahal, kedua kakaknya merasakan bahagianya bisa belajar di kursus bahasa inggris. Semua orang di rumah memaksanya agar mau dan rajin. Anak bersangkutan tetap saja menggeleng. Entah rencana apalagi yang harus kami lakukan agar dia mau les bahasa inggris. Sampai suatu saat, dia mengutarakan isi hatinya bahwa ia hanya ingin belajar bahasa inggris bersama saya. Entah apa alasannya.
“ Iyo maunya diajarin sama mbak Ika aja!” ujarnya suatu kali kepada Ibu. Ibu saya hanya geleng – geleng kepala dengan apa yang dikatakan anak bungsunya itu. Esok harinya, Ibu berbicara kepada saya saat saya pulang kerumah seusai mengajar.
“ Ka, adiknya cuma mau diajarin sama kamu.” Ujar Ibu
“ Ya ampun... paksa aja sih buat ke tempat les. Seret aja!” jawab saya sambil manyun.
“ Memangnya adik kamu itu kambing apa! Pokoknya, kalau ada PR atau pelajaran bahasa Inggris yang dia nggak ngerti, kamu ajarin sampai dia ngerti. Bagaimanapun caranya!”
“ He eh. Insya Allah!”
Suatu malam saat saya sedang asyiknya ketawa– ketiwi menonton televisi program sitkom, adik saya yang namanya Satrio itu menghampiri saya sambil membawa buku paket bahasa Inggris nya. Dia cengar – cengir nggak jelas. Saya melihat mukanya dengan tatapan aneh. Dia berdiri didepan saya yang sedang duduk manis diatas karpet melihat tayangan televisi yang membuat saya kembali segar. Saya menyuruhnya pindah dari tempat dimana ia berdiri. Lalu ia menyodorkan buku bahasa Inggrisnya.
“ Ngapain?”
“ Iyo ada PR, mbak. “ jawabnya
“ Terus?”
“ Ajarin!”
Saya mengajarinya dengan penuh kesabaran tapi orang yang diajarkan malah penuh dengan ke-sok- tahu an. Alaaahh.. Kata apa itu?. Ke-sok tahu-an. Saya dengan susah payah mengajarinya dengan benar tapi dia selalu membantahnya. Entah apa maksudnya. Kalau orang bilang sih, ‘ngeyel’. Nyebelin banget deh. Selama kegiatan belajar mengajar itu, mulutnya nggak bisa diam. Ngoceeehhh... melulu. Saya marah – marahin aja.
“ Mana? Katanya mau diajarin sama Mbak Ika! Kok malah nggak bisa diem sih?”
Dia menangis. Kencang. Dia melempar pensilnya ke arah tembok yang ada didepannya. Huff... pusing sekali saya. Kenapa ya, kalau ngajarin adik sendiri nggak pernah ada kata sabar tapi ngajarin anak orang, saya berusaha untuk tetap sabar. Saya tinggalin aja adik saya yang masih menangis itu. Saya lari kekamar saya lalu ketempat dimana lemari buku berada. Saya mencari sebuah buku yang sudah lama saya simpan dan sekarang ini adik saya sangat memerlukannya. Sepuluh menit mencari dari rak paling atas ke yang bawah, saya menemukannya di bawah tumpukan buku – buku pelajaran saya waktu SMA. English For Children dilengkapi dengan gambar – gambar adalah judul bukunya. Saya langsung beranjak ke tempat adik saya yang masih menangis.
“ Sampai kapan mau nangis? Apa dengan nangis PR kamu bakal selesai? “ ujar saya sambil berkacak pinggang. Dia memonyongkan bibirnya. “ Udah sini, PR nya diselesaikan dulu ya, sayang. Kalau mau nangis lagi, selesai ngerjain PR deh!”
Dia menuruti apa yang saya katakan padanya. Saya memberikan sebuah buku kecil biru bergambar mickey mouse yang saya cari di lemari buku tadi kepadanya. Dia membolak – balik buku itu.
“ Ini buat Iyo?”
“ Iya. Dibaca! Biar bisa bahasa Inggris”
Lalu kami mengerjakan PR bahasa Inggris bersama – sama.
Dua hari setelah kejadian itu, saat saya sedang bermain game di komputer, dia menghampiri saya sambil membawa buku mickey mouse itu.
“ Ada apa lagi?”
“ Main tebak – tebakan yuk! Pake bahasa Inggris. Nanti Iyo yang nebak!”
Saya tersenyum bahagia. “ Okeh” Inginnya menangis terharu saat itu. Tapi saya berpikir dua kali untuk melakukan itu. Terlalu berlebihan. “ Siap ya..”
“ Apa bahasa Inggris nya bebek?”
“ Duck!”
“ Anjing?”
“ Dog.!” Dia mulai merasa antusias.
“ Ayam?”
“ Chicken, dong!”
“ Kalau bahasa Inggris nya gajah, apa?”
“ Ele..phant!” jawabnya sepotong – potong. Mungkin agak lupa.
“ Kalau banana itu apa sih?”
“ Pisang.”
“ Monkey?”
“ Mbak Ika!” jawabnya setengah teriak. Kurang ajar nih anak.
“ Yang bener ah..!”
Dia tertawa. Aku pun senang melihatnya ada sedikit kemajuan. Ternyata hampir semua kata di buku itu ia mengerti dan paham. Girangnya rasa hati ini. Kan dia jadi tahu bagaimana rasanya mengerti dan tahu akan suatu hal. Dia bisa lebih maju dari teman – teman nya. Anak pintar...! Itu baru adik saya! Horrrayyy..!!