BROWNIES (Berondong Najies!)

Posted by orange lover! , 2009/03/21 12.55

Dulu, waktu saya SMA kelas 3, saya pernah ngejar – ngejar anak kelas satu SMA. Ganteng sudah pasti, tinggi apalagi. Kalau dilihat – lihat dengan seksama dan kepala dingin, wajahnya seperti bassist nya J- ROCK, Wima. Keren bener lah tuh manusia. Untungnya saya satu kelas sama dia, hanya waktunya aja yang beda. Saya pagi, dia masuk siang. Bel pulang sekolah adalah waktu yang saya tunggu – tunggu karena cowok imut itu pasti udah standby di depan pintu kelas. Mata saya sudah tertuju padanya. Dia yang tahu saya perhatikan, menunduk malu. Saya yang juga ketularan malu pun berlalu setelah menyapa dia. Sampai suatu saat, saya dengar, dia jadian sama cewek yang masih saya kenal dan masih anak kelas 3 juga. Harapan saya kandas dan sia – sia. Semua teman dekat memberikan rasa bela sungkawa atas matinya rasa ini. Hahaha... Serem bener!.

Berondong satu lenyap, berondong lain pun tercipta. Saya bertemu dia saat saya menghadiri sebuah pensi di salah satu SMA. Waktu itu saya sudah kuliah. Dia sempat menolong saya ketika saya terdorong – dorong para penonton yang berjoget – joget saat menikmati Goodnight Electric bernyanyi. Dia pun juga berbaik hati memberi saya tempat di depan panggung agar dapat melihat dengan jelas Henry Foundation. Setelah pensi selesai, kami berkenalan dan bertukar alamat email dan Friendster. Saya selalu bertukar testimonials dan akhirnya bertukar nomor handphone. Sekian lama tahu sifat satu sama lain. Akhirnya dia bertandang ke rumah saya dan mengatakan bahwa ia menyukai saya. Saat itu saya hanya tertawa dan tak menggubris apa yang dia katakan tadi. Bukannya saya mau mempermainkan dia tapi saya belum pernah sekalipun menjalin hubungan dengan pria yang lebih muda dari saya. Terakhir kali saya bertukar pesan yaitu dia ingin menjemput saya katanya. Tapi sampai hujan turun saya menunggunya, dia tetap tidak datang kekampus untuk menjemput saya. Setelah itu, tak ada lagi kabar darinya. Suatu kali saya mendapat informasi dari Friendster bahwa ia sudah punya pacar. Saya tak tahu kapan mereka jadian. Nggak jealous tuh. Tapi sayang aja kalau dia tiba – tiba menghilang dan pergi tanpa pesan seperti itu. Ya sudahlah, pria itu pun terbang entah kemana.

Sekarang, entah karena kenangan dengan berondong – berondong itu yang semuanya berakhir pahit, atau karena umur saya yang hendak berkepala dua atau karena sekarang udah punya pacar, saya tak punya lagi hasrat berobsesi untuk berhubungan dekat dengan berondong lagi. Mungkin kita nggak punya visi dan misi yang sama. Wajah saya pun nggak tua – tua banget. Masih banyak orang yang bilang kalau saya ini anak SD kok. Hehehe.... Sekarang pikiran saya tentang cowok udah beda. Dulu sih mau nya punya cowok tuh yang ganteng, keren, dan gaul. Tapi, seiring bertambah dewasa nya saya, sudah hilang kriteria tersebut. Malah sekarang udah ganti. Agama itu nomer satu, ganteng relatif, punya pekerjaan tetap dan menjanjikan masa depan yang cerah itu adalah harapan utama. Hahaha.... Apa yang nenek saya bilang sih begitu adanya.

Suprisingly, beberapa hari yang lalu, saya dikagetkan oleh nomer tak dikenal dengan operator yang sama. Dia sudah sempat missed call berkali – kali, tapi karena waktu itu saya sedang mengajar, jadi saya hiraukan saja. Tapi saat itu, sehabis mengerjakan pekerjaan rumah membantu ibu, siang hari sekitar pukul satu, nomor handphone itu mencoba kembali memanggil saya. Saya memperhatikan dengan seksama nomor yang tertera di handphone itu. Akhirnya saya angkat. Kami bercakap – cakap.

“ Halo...!” aku menjawab panggilan itu.
“ Halo.....” sahut suara di seberang sana. Suara nya begitu merayu.
“ Ini siapa?”
“ Ini siapa?”
Loh... loh... bodoh sekali orang yang menelpon saya ini.
“ Kamu dapat nomor saya dari mana?” tegas saya tanpa mempercantik suara.
“ Dari teman.”
“ Ini siapa ya?”
“ Iyan... !” akhirnya dia memberi tahu namanya. “ Ini puspa ya?”
Apa? Puspa? Emang saya ST 12? “ Bukan”
“ terus siapa?” suara nya mulai agak mendesah. Bangke’ ni orang..
“ Defrina!” jawab saya.

Hehehe.... ya.. memang rada nggak kreatif pake nama Defrina yang jelas – jelas adalah judul lagunya White Shoes and The Couples Company, Windu dan Defrina. Iseng aja. Waktu itu saya sedang memutar lagu itu lewat komputer. Jadi saya bilang secara spontan nama itu ke cowok tadi. Tadi nya sih pengen buru – buru memutuskan pembicaraan. Tapi karena saya lagi iseng nggak ada kerjaan, akhirnya saya sahutin aja terus. Saya kerjain. Ini lah lanjutan percakapannya. Iyan (I) dan Defrina (D).

D : By the way, kamu dapet nomer saya darimana sih?
I : Dari teman. Katanya yang punya yang nomer ini tuh cantik.
D : (menggelepar – gelepar)
I : Halo? Kamu kuliah atau sekolah?
D : Kuliah.
I : Dimana? Jurusan apa?
D : Di Bekasi. Sastra Inggris. Semester empat. Kamu?
I : Wah saya manggil kamu apa ya? Mbak ya? Aku SMK.
D : Panggil aja Defrina. ( Hah... Mbak? Emang saya penjual jamu. Enak aja manggil orang
Dengan sebutan ‘Mbak’ sembarangan ) Oh.. kamu masih sekolah.
I : Iya masih sekolah. Hehhe... Aku jadi berondong nih... Berondong manis.
D : ( Saya langsung kekamar mandi. Muntah). Nggak sekolah?
I : Udah pulang. Cuma ujian praktek tadi. Sebenarnya mau nge band tadinya. Tapi malas ah.
Panas banget diluar. Nanti kulitnya Iyan jadi hitam deh.
D : ( saya mau bunuh orang ini. Menghilangkan ia dari bumi ini.) Dimana – mana, ngeband tuh
malam.
I : Kan kalau malam takut ngantuk. Waktunya belajar terus tidur deh.
Kata Mama nggak boleh begadang.
D : ( Ya.. Tuhan, terbuat dari apakah ciptaanmu yang satu ini?) Anak pintar. ( Hueeekk..!!)
I : Aku telpon gini ada yang marah nggak?
D : Ada lah. Elo juga tuh. Dimarahin pacar nya aja.
I : Enggak lah. Kan lagi pada sibuk semua. Yang satu kerja yang satu lagi sekolah.
D : Bussyyettt... Pacar lo ada berapa?
I : Baru dua.
D : APA??? Baru dua? Emang maunya berapa??? ( Anjrott nih orang. Danger!)
I : Tahun kemarin, pacar ku ada empat, Dep! ( hahaha... dia cadel huruf F)
D : Gimana ngapel nya tuh?
I : Iya nih.. Iyan juga suka bingung.
D : ( Derita elo! Ribet banget hidup lo!) Ha. Ha. Ha.
I : Eh, deprina, udah dulu ya.. cewek Iyan sms nih. Dadah.

Tanpa menjawab salam selamat tinggalnya, saya sudah menutup percakapan itu. Saya pencet tombol merah di sebelah kanan handphone. Ya Allah.. mimpi apa saya semalam...

Thanks God.. dia nggak telepon – telepon saya lagi sampai cerita ini di posting. Dan saya juga tak mengharapkan nya lagi. Suara nya itu loh.. Bikin orang bergidik ngeri. Bukannya bikin cewek terpesona malah pingin buru – buru banting telepon. Pokoknya, saya kapok deh berhubungan sama berondong – berondong gitu alias cowok – cowok yang umurnya lebih muda daripada saya. Mending kalau dikira kakaknya, kalau malah dibilang tante – tante girang gimana tuh. Gawat dua kali lipat. Last words, SAY NO TO BERONDONG!!! SAY YES TO POPCORN!!

0 Response to "BROWNIES (Berondong Najies!)"