INGATKAN SAYA UNTUK KERAMAS!
Posted by orange lover! , 2009/02/23 12.43
Punya adik laki – laki itu tak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Apalagi yang sedang menginjak kotoran. Eh, salah! Maksudnya sedang menginjak masa pubertas. Sebenarnya saya juga tak mengetahui dengan pasti apa itu pubertas. Saya pun bertanya pada diri sendiri apakah saya ini mengalami hal yang sama dengannya. Kan cewek sama cowok beda. Tapi saat saya bertanya pada sang Mama tercinta, dia bilang saya pun terkena dampak pubertas dalam diri saya. Biasanya, kalau yang lagi pubertas itu suka ganjen. Pengennya menarik perhatian lawan jenis terus dan merasa paling cakep sedunia. Kadang saya suka merasakan betapa mengesalkannya anak yang sedang mengalami pubertas itu. Suka membantah apa kata orang tua, suka bilang “ah” jika disuruh dan tidak mengakui orang tuanya. Duh, maaf. Itu ciri – ciri anak durhaka ya? Hahahaa.... Kalo nggak salah, sepengetahuan dan penelitian saya tentang anak yang mengalami pubertas yang saya telaah dari adik saya, biasanya dia itu kalo ke kamar mandi lama banget. Saya nggak tahu apa yang dia lakukan di dalam kamar mandi. Apakah mandi......atau?, lalu sehabis dari kekamar mandi, kalau mau berangkat kesekolah, waaaanngggiiiiii banget! Parfum Mama saya saja habis dalam waktu seminggu gara – gara dia,di minum kali ya! Sekarang yang menggunakan body lotion jadi nambah satu orang, yaitu adik saya yang tetap saja kulitnya nggak berubah jadi putih gara – gara pemakaian body lotion yang berlebihan. Perasaan pas masih sekolah dasar dulu, saya nggak pernah seheboh itu kalau mau ke sekolah. Paling juga, minyak telon sama bedak talc. Hahahaa... Untuk apa coba kita ke sekolah? Belajar kan?
Adik laki – laki saya yang berumur 14 tahun itu bernama Hary. Suara nya yang agak sember itu selalu membuat saya bergidik ngeri. Sumpah, saya takut banget kalo dia sudah mendengar suaranya itu, seperti suara penjahat yang minta uang tebusan. Haha..! Tapi entah mengapa dia itu jarang sekali keramas. Bau banget kalau deket dia. Saya nggak pernah memperbolehkannya tidur di kasur saya. Padahal, kalau dikamar mandi tuh ampe dua hari nggak keluar – keluar. Apa dia nggak tahu sama yang namanya shampo? Apa dia takut sama yang namanya shampo? Padahal setahu saya dia sering luluran kok walaupun hasilnya nihil. Lulur itu tak mengubah kulitnya yang hitam menjadi putih dan bersih. Saya pun tidak lelah untuk menyuruhnya keramas saat dia selesai mandi. Tapi nggak pernah digubris olehnya. Sangat disayangkan.
Suatu malam sekitar pukul 7, dia menemani saya mengambil pesanan pin di daerah rawa lumbu. Tadinya, saya mau pergi sendiri saja dengan mengendarai motor karena saya tau akan sesak napas tak menghirup aroma surga jika bersamanya. Ayah saya malah menyuruhnya untuk menemani saya ketempat itu. Saya sih mengiyakan saja daripada saya harus jalan kaki. Kan jauh dari rumah saya ke tempat pin itu, ya kira – kira dari Bekasi ke Matraman lah... Haaha... bohong deh, cuma 1 km kok. Tapi kan kalau jalan capek juga, cing! Perasaan saya sudah was – was ketika saya berada di belakangnya. Tuh.. kan! Aromanya mulai terasa... Duh.. nggak shampoan berapa tahun sih, ni anak!? Malu - maluin kakak lo yang cantik ini aja deh!
“ HARY... ELO NGGAK SHAMPO AN LAGI YA?? “ bentak saya sambil menutup hidung dengan telapak tangan.
“ Nggak! Hheeehee!” jawabnya tanpa perasaan bersalah dengan terus saja menjalankan motor matic dengan pelan. “ Lupa, mbak!”
“ Apaan sih? Bau dari mana?” Dia memegang rambutnya lalu mencium tangannya yang memegang rambutnya tadi. Dia mengulanginya lagi. Lalu menyudahinya karena motornya mulai berjalan tak seimbang.
“ Elo nggak ngerasain, tapi orang kan punya hidung! Pikirin perasaan orang juga dong! Burung aja punya hidung. Mati deh!”
“ Heh, sekarang tuh zaman modern tekhnologi. Hari gini nggak shampoan, kampungan tau. Cewek lo pingsan, aja.!”
“ Dari hongkong! Tuh, cewek lo!” unjuk saya pada seorang cewek yang lumayan kece dengan rambut terurai panjang dan langsing. Umurnya sekitar 16 tahun. Saat itu saya merasa sangat menyesal karena saya salah tunjuk orang. Kenapa saya nggak menunjuk cewek yang jerawatan, rambutnya botak dan dihinggapi lalat. Arrgghh.... sebel!!!!
Tuh kan, ini anak jadi besar kepala. Dasar! Saya cemberut dan melihat jalan yang masih ramai pedagang – pedagang makanan. Kami terdiam. Saya mulai kehabisan kata – kata untuk memarahi nya. Huuu... liat aja ntar kalau nggak shampoan lagi. Saya laporin pak Presiden. Biar tahu rasa.
“ Makanya, mbak, ingetin mas dong kalau mandi. Mas kan lupa!” kata anak kedua dari tiga bersaudara tersebut sok manis.
Dia tertawa. Saya tambah cemberut. Huhh.. kalo bukan adik, saya kemplang biar jadi kerupuk!
Akhirnya saya sampai ketempat yang dituju. Saya ambil pin nya lalu bergegas pergi. Adik saya yang menunggu diatas motor, menyalakan motornya. Saya tak ingin udara malam nan lembab dan segar ini hancur berantakan gara- gara berada di belakangnya. Saya kini yang mengendarai motornya. Bebas. Sampai rumah kembali dengan selamat.